Prof Elvis Warsono

Oleh Dahlan Iskan

Prof Elvis Warsono
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Itu tanggal 25 Agustus 2020.

Baca Juga:

Setelah sembilan hari dirawat di ICU, Prof Budi membaik. Kamis lalu ia sudah minta HP. Sudah bisa guyon lagi. Sudah telepon ke sana ke mari.

Keesokan harinya, Jumat, ia sampai menangis. Dadanya tiba-tiba sesak lagi. Tambah berat. Hari Sabtu kian kritis. Minggu dini hari kemarin beliau meninggal dunia.

Saya baru selesai senam Minggu pagi 1,5 jam saat menerima berita duka itu. Ketika tiba di rumah, saya sudah menerima foto-foto itu: ambulans yang membawa jenazahnya berhenti di halaman RS Darmo.

Terlihat di foto itu sejumlah orang salat jenazah di halaman dan di teras rumah sakit –menghadap ke ambulans.

Itulah ambulans yang membawa Prof Budi ke pemakaman khusus Covid-19 di Keputih Surabaya Timur. Ambulans itu tidak mampir ke aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Inilah guru besar kedua, dalam sebulan ini, yang jenazahnya tidak disemayamkan di Fakultas Kedokteran. Yang pertama adalah Prof Yogiantoro yang juga terkena Covid-19.

"Sedih sekali. Dua-duanya guru kami yang sangat menyenangkan," ujar dr Brahmana, ketua IDI Surabaya.

Ia dokter favorit. Gayanya santai. Banyak humornya. Tidak pernah menakut-nakuti orang sakit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News