Profesor Joki

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Profesor Joki
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Tentu perjokian ini tidak gratis.

Ada biaya besar yang harus dikeluarkan, termasuk uang untuk membayar joki yang menulis karya ilmiah, dan ada juga uang yang harus dibayar untuk membayar jurnal-jurnal abal-abal di luar negeri.

Uang juga dibutuhkan untuk menyogok makelar-makelar yang mengurus birokrasi yang rumit.

Peter Fleming, akademisi Amerika menerbitkan buku ‘’Dark Academia: How Universities Die’’.

Fleming mengungkap sejumlah fenomena yang menunjukkan bahwa tradisi intelektual kampus sudah mati, dan kampus hanya menjadi puing yang bahkan menara gadingnya pun sudah ambruk.

Di Amerika, kampus-kampus tidak obral gelar kehormatan kepada pejabat negara atau politisi.

Namun, perubahan kampus--yang sekarang menjadi perusahaan komersial--telah membunuh tradisi intelektual kampus yang selama ini dibanggakan.

Fleming menganggap kampus sudah mati dilindas oleh gelombang neoliberalisme yang menjadikan lembaga pendidikan tinggi sebagai mesin penghasil uang dari pada penghasil cendekiawan.

Perjokian guru besar menjadi bukti merosotnya etika akademik. Tentu perjokian ini tidak gratis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News