Program RPJMN Tak Efektif, Kembalikan ke Program Pelita dan Repelita

Program RPJMN Tak Efektif, Kembalikan ke Program Pelita dan Repelita
Direktur Political and Public Policy Studies Jerry Massie. Foto: Antara

Saat ini, kata Jerry, tokoh andal yang tersisa hanya Emil Salim. “Saat ini saya lihat banyak public policy yang amburadul khususnya soal infrastruktur baik pembangunan jalan, jembatan dan gedung. Saya coba bandingkan jalan tol Jagorawi dan Cikampek yang dibangun di era Soeharto itu sangat bagus dan bertahan lama. Dan, ini dibangun melalui konsep Repelita dan Pelita lho," tegasnya.

Ada pula mid term and long term (jangka menengah dan jangka panjang) yang sebetulnya bisa diadopsi kebijakan di era Presiden Soekarno dan Soeharto sampai SBY.

Pasalnya, ada beberapa program di era itu yang baik tapi saat ini tak berlaku lagi.

“Dibandingkan dengan saat ini, barangkali beda menteri di era orde lama dan orde baru. Zaman itu menteri belum terlau sibuk dengan partai atau non partisan. Hampir rata-rata menteri dari kalangan akademisi, praktisi dan profesional," tukasnya.

Jadi, yang membandingkan dengan saat ini dengan era sebelumnya, kata Jerry, adalah urusan politis.

“Saat ini kan Political interest yang lebih kuat. Nah, kurangnya kelompok moderat, konservatif dan bipartisan kalau diparlemen. Bahkan urusan kabinet saat ini di take over oleh parpol, jadi disanalah kendalanya," ujar Jerry.

Bahkan kata Dia, saat ini banyak kebijakan yang muncul dengan ide sesaat tanpa perancangan matang. Inilah yang menurutnya merusak sistem pemerintahan.

"Belum lagi menteri yang diangkat Presiden Jokowi, wrong man atau menteri yang sama sekali tak menguasai bidang.nAnekdot dan alegorinnya, misalnya pakar pertanian di angkat jadi pendidikan misalnya kan repot," tandasnya.

Direktur Political and Public Policy Studies Jerry Massie menilai program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) masih kurang efektif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News