Promosi BBM Non Subsidi Diabaikan Konsumen

Promosi BBM Non Subsidi Diabaikan Konsumen
Promosi BBM Non Subsidi Diabaikan Konsumen
Evi menyebutkan, besaran konsumsi Jatim ini berkontribusi sebesar 13,5 persen dari nasional. Sedangkan konsumsi Jatim Bali Nusra berkontribusi 18,8 persen. Sedangkan angka konsumsi terbesar masih di Jabodetabek sebesar 40 persen. 

Terkait adanya over kuota di wilayah-wilayah tertentu, menurut Evi bisa ada indikasi penyerapan BBM bersubsidi yang kurang tepat, yakni digunakan oleh oknum-oknum tertentu. Misalnya aksi borong sejumlah konsumen, hingga BBM bersubsidi untuk kebutuhan industri. Pasalnya, semestinya industri menggunakan BBM non subsidi. "Sulit sekali bagi Pertamina untuk bertindak dalam mengawasi pembelian yang berlebihan. Apalagi, men-judge digunakan sektor industri. Karena bukan wewenang kami," terangnya.

Meski demikian, pihaknya tetap berupaya masyarakat bisa beralih ke penggunaan BBM non subsidi. Misalnya dengan menambah sejumlah outlet yang menyediakan BBK (Bahan Bakar Khusus) di wilayah Jatim. Saat ini outlet BBK sebanyak 52 persen dari 820 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jatim, atau sebanyak 431 outlet. "Kami berharap pengusaha mau bersinergi dengan kami untuk memenuhi kebutuhan BBM non subsidi. Selain itu kami juga meningkatkan standar SPBU Pasti Pas," ujarnya.

Tak hanya itu, upaya lain supaya masyarakat mau beralih ke BBM non subsidi adalah dengan menggelar program promosi. Misalnya bebas surchage hingga pelesir ke Eropa. Sayangnya, upaya ini tidak terlalu direspon secara radikal oleh masyarakat. "Peminatnya kurang. Tapi kami tetap berupaya menggenjot performa penjualan BBM non subsidi," terangnya.

SURABAYA - Dari tahun ke tahun, konsumsi BBM bersubsidi rupanya masih belum bisa ditekan. Tercatat, konsumsi BBM bersubsidi tiap tahunnya meningkat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News