Prosesi Upacara Siraman Jenazah Kelas Raja, Putera Tokoh PDIP

Prosesi Upacara Siraman Jenazah Kelas Raja, Putera Tokoh PDIP
Mendagri Tjahjo Kumolo (kiri) mendampingi sesepuh PDI Perjuangan di Bali A.A. Ngurah Oka Ratmadi, selama prosesi nyiraman jenazah putera kedua AA Ngurah Bagus Krisna Yoga, yang dilaksanakan di Puri Satria, Denpasar Bali, Kamis (17/3). Foto: Ken Girsang/JPNN

Selesai dimandikan, jenazah dikenakan kain biru berhias benang emas,lengkap dengan ikat kepala. Kemudian Pedande atau pendeta umat Hindu, membacakan doa-doa, sembari melakukan sejumlah ritual keagamaan. Sang ayah Ngurah Oka Ratmadi atau biasa disapa Cok Rat mengikuti dengan setia seluruh prosesi didampingi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo. Mereka berdiri sepanjang prosesi persis di samping Pepaga. 
  
Usai dua orang Pedanda melaksanakan tugasnya, tikar alas pemandian diganti dengan tikar yang baru. Jenazah yang sebelumnya telah mengenakan kain biru, kembali dibalut dengan kain putih dan dibalut dengan tikar yang ditempatkan pada bagian bawah jenazah. 
Kemudian dibalut kembali dengan kain putih dan beberapa ruas potongan bambu. Serta kembali dibalut dengan kain putih yang diikat erat pada ujung kepala hingga ujung kaki. Prosesi ini disebut ngeringkes atau penyucian. 

Setelah seluruh prosesi yang berlangsung sekitar tiga jam selesai, jenazah dibopong kembali ke Bale Gede yang terletak hanya beberapa meter dari Pepaga. Menunggu prosesi Ngaben dilaksanakan.

"Setelah ini akan ada upacara lagi. Menurut keyakinan kami dia masih seperti orang tidur. Jadi waktu jam makan akan diberi sesaji. Kemudian pada pagi hari juga diberi kopi," ujar Made Wirya yang mengaku sebelumnya pernah bertugas sebagai salah seorang ajudan Megawati Soekarnoputri. 

Menurut Made Wirya, jenazah masih akan disemayamkan di Bale Gede menunggu hari baik untuk dilaksanakannya Ngaben. 

"Prosesi Ngaben dilakukan setelah dewase atau hari baiknya. Berdasarkan perhitungan, hari baiknya itu pada Minggu (20/3). Nanti dilakukan di Pemedilan. Nanti almarhum dimasukkan ke dalam 'rumah-rumahan' yang tinggi, lengkap dengan ornamen menyerupai lembu. Lalu kemudian dilakukan ngaben (pembakaran jenazah,red)," ujar Made Wirya. (gir)

AROMA dupa menyelubungi hampir seluruh bagian Puri Satria, ‎Denpasar, Bali. Alunan gamelan terus berkumandang, seiring doa-doa dipanjatkan, menandai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News