PSSI dan Korporatisme Negara

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

PSSI dan Korporatisme Negara
Ketua Umum PSSI terpilih Erick Thohir (tengah) memberikan keterangan pers dalam Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) 2023 di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Foto: ANTARA/Aprillio Akbar/nym

Di negara-negara demokrasi yang sudah matang, asosiasi-asosiasi masyarakat, dalam bentuk berbagai organisasi kemasyarakatan, menjadi kekuatan yang mandiri yang membuat posisi masyarakat lebih kuat di mata pemerintah.

Di negara-negara yang pengelolaan olahraganya sudah maju peran pemerintah hanya sebatas membuat regulasi dan melakukan pengawasan.

Pemerintah tidak campur tangan dalam pengelolaan organisasi olahraga secara langsung.

Di negara-negara Eropa, tidak akan ada menteri BUMN yang menjadi ketua federasi sepak bola.

Juga, tidak ada menteri pemuda dan olahraga yang menjadi pengurus federasi olahraga.

Masuknya Erick Thohir dan Zainudin Amali sebagai ketua umum dan wakil ketua umum PSSI menunjukkan syahwat pemerintah yang besar untuk mengontrol sepak bola di Indonesia.

Erick dan Zainudin memang menjadi darah baru di PSSI, tetapi anggota ‘’kabinet’’ yang terpilih nyaris tidak ada darah baru yang signifikan.

Orang-orang lama masih mendominasi anggota komite eksekutif (exco) yang bakal mendampingi Erick Thohir.

Erick Thohir punya pengalaman mengelola organisasi sepak bola profesional. Kalau sukses dengan PSSI, maka dia punya modal tambahan maju Pilpres 2024.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News