Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia Malaysia (1)

WNI dan Warga Malaysia Longgar Masuk ke Perbatasan saat Lebaran

Pulau Sebatik Pasca Ketegangan Indonesia Malaysia (1)
Foto : Thomas Kukuh/Jawa Pos

Bagaimana dengan kondisi Pulau Sebatik saat hubungan Indonesia Malaysia memanas? Bambang tertawa. Dia mengatakan, konflik itu tidak mengubah sedikitpun aktifitas dan kondisi keamanan warga Pulau sebatik. Menurutnya warga Sebatik tidak terlalu merisaukan permasalahan yang belakangan terjadi. Bahkan untuk aktifitas penyeberangan antar negara itu pun tidak mengalami permasalahan yang berarti.

Ketergantungan antara warga Sebatik dan Tawau dibenarkan oleh Tokoh Masyarakat Pulau Sebatik H Herman Baco. Dia mengatakan hampir semua hasil perkebunan Pulau Sebatik dikirim ke Tawau. Misalnya, cokelat, kelapa sawit, pisang hingga beras. Warga menjual hasil perkebuanannya ke Tawau lantaran biaya pengiriman ke Tarakan jauh lebih mahal, sulit dan membutuhkan waktu lebih lama. "Jadi Tawau sangat tergantung dengan kita," kata Herman.

Begitu pula sebaliknya. Warga Sebatik juga begitu tergantung Tawau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, membeli barang-barang elektronik, tabung gas dan makanan kemasan lain sebagainya. Menurutnya harga di Tawau lebih murah dan bagus dibandingkan dengan membeli di Nunukan atau Tarakan.

Karenanya, saat kondisi Indonesia dan Malaysia memanas beberapa waktu lalu warga Sebatik dan Tawau menanggapi dengan enteng. Bahkan mereka tidak terlalu merisaukannya. "Bagaimana mau perang. Orang-orang di Tawau itu banyak yang keturunan Sebatik," ucap pria yang juga pengusaha perkebunan kelapa sawit itu. (*)

Bagaimana masyarakat di perbatasan wilayah Indonesia-Malaysia menyikapi ketegangan yang terjadi antara kedua negara akhir-akhir ini? Berikut laporan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News