Punya Keragaman Hayati, Indonesia Dianggap Bisa Mewujudkan Diversifikasi Pangan 

Punya Keragaman Hayati, Indonesia Dianggap Bisa Mewujudkan Diversifikasi Pangan 
Diskusi yang dilaksanakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Minggu (1/10). Dokumen DPP PDIP

"Kita tidak bisa lagi hanya satu sumber saja yaitu beras. Kita harus mendorong desa mempunyai nilai tambah lokal. Di desa bukan lagi hanya memproduksi bahan mentahnya,” ungkap dia dalam diskusi.

Senada, Direktur Pengawasan Pangan Olahan Risiko Sedang dan Rendah BPOM Emma Setyawati menuturkan diversifikasi bahan makanan menjadi program penting dalam mewujudkan kedaulatan pangan.

“Pangan itu harus aman dahulu, kemudian dia harus begizi, kemudian perlu ada nilai tambah dengan mengedepankan prinsip keamananannya terjaga, punya gizi, dan bermutu,” ujar dia.

Emma mendukung program diversifikasi pangan dengan melakukan hilirisasi untuk menambahkan nilai tambah bagi porang dan sorgum.

“Ini contohnya ada cookies dari sorgum plus moringa yang kaya akan mineral, zat besi, punya serat tinggi dan kalorinya rendah,” ujar dia.

Toh, lanjut Emma, sorgum bisa mengatasi masalah tengkes atau stunting di Indonesia, karena bahan pangan itu mengandung protein dan zat besi yang tinggi.

"Sorgum ini zatnya bagus sekali, karena proteinnya lebih tinggi, zat besinya tiga kali gandum dan lima kali beras artinya kita bicara penanggulangan stunting konsumsi ini bagus ” kata dia.

Sementara itu, Bupati Malaka Simon Nahak mengatakan pihaknya sedang berupaya mewujudkan diversifikasi pangan melalui program yang dinamakan Sakti.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Batara Siagian menilai Indonesia negara yang bisa mewujudkan diversifikasi pangan. Kenapa?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News