Rayakan 70th KAA, Usman Hamid And The Blackstones Bawakan Album Baru Kritik Sosial

jpnn.com, JAKARTA - Aktivis HAM Usman Hamid bersama The Blackstones membawakan sejumlah lagu kritik sosial dalam rangka memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung yang ke-70 yang diselenggarakan DPP PDIP, Sabtu (26/4).
Usman baru saja merilis album berbentuk piringan hitam berjudul “Bumi dan Aku Kini” berisi sembilan lagu yang seluruhnya membawa pesan kritik sosial tentang hak asasi manusia, keadilan sosial, dan lingkungan hidup. Dalam beberapa lagu di album ini, Usman berduet dengan eks vokalis Dewa19 yang kini menjadi politikus PDIP Once Mekel.
Di acara KAA ini, Usman membawakan lagu Munir, Bumi dan Aku Kini, Sakongsa, dan Kemanakah. Lagu Munir, Bumi dan Aku Kini, serta Sakongsa ini merupakan karya Usman Hamid berkolaborasi dengan Once. Sedangkan Kemanakah, karya Usman Hamid dan Denny Setiawan, yang dibawakan oleh Usman, Once, dan Fajar Merah, putera penyair Wiji Thukul yang dihilangkan paksa pada 1998 karena keras mengkritisi pemerintah.
Usman mengatakan, Indonesia harus selalu mengingat pesan hak asasi manusia dari Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Hal yang paling fundamental ialah menghormati hak-hak dasar manusia, kedaulatan dan integritas seluruh bangsa, serta menghormati persamaan ras dan hak seluruh bangsa.
Direktur Amnesty International Indonesia itu meyakini, Indonesia mustahil maju jika pemimpin negaranya tidak mengingat pesan-pesan hak asasi manusia yang pernah diperjuangkan dalam sejarah, seperti KAA.
“Marilah kita ingat bahwa tujuan tertinggi manusia adalah terbebasnya manusia dari belenggu ketakutannya, dari belenggu kehinaan manusiawinya, dari belenggu kemiskinannya, terbebasnya manusia dari belenggu fisik, spiritual, dan intelektual yang telah terlalu lama menghambat perkembangan mayoritas umat manusia," kata Usman mengutip pernyataan Soekarno.
Dengan konteks kekinian, Usman menyayangkan para politikus Indonesia justru melupakan sejarah. Sejarah kelam hak asasi manusia banyak terjadi semasa rezim Soeharto yang memerintah dengan tangan besi. Usman justru mengkritik politikus saat ini yang hendak menetapkan Soeharto pahlawan nasional karena salah satu alasannya adalah jasa presiden kedua RI itu melalui ASEAN.
Menurut Usman, kalau berefleksi dari KAA, justru Suharto menjadi semakin tidak layak. Bukan hanya mewariskan era pelanggaran HAM, tetapi juga dengan ASEAN, Soeharto lalu berkolaborasi dengan kekuatan barat untuk mengakhiri KAA, setelah banyak pemimpin KAA justru dijatuhkan: Presiden Kongo Patric Lumamba (1961), president Brazil João Goular, dan Presiden Soekarno (1965).
Indonesia mustahil maju jika pemimpin negaranya tidak mengingat pesan-pesan hak asasi manusia yang pernah diperjuangkan dalam sejarah, seperti KAA.
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia
- Tim Hukum Hasto Bawa Bukti Dugaan Pelanggaran Penyidik KPK ke Dewas
- Rempang Eco City Tak Masuk Daftar PSN Era Prabowo, Rieke Girang
- Politikus PDIP Apresiasi Ide Dedi Mulyadi Kirim Siswa Bermasalah ke Barak
- Menteri Karding Siapkan Strategi soal Lonjakan Pekerja Migran Ilegal ke Myanmar-Kamboja
- 5 Berita Terpopuler: Kapan Pengisian DRH NIP PPPK? Simak Penjelasan Kepala BKN, Alhamdulillah Perjuangan Tak Sia-sia