Ragukan Vaksin AstraZeneca, Warga Papua Nugini Menolak Disuntik

Ragukan Vaksin AstraZeneca, Warga Papua Nugini Menolak Disuntik
Miriam Siwi mengatakan dia dan keluarganya tidak akan mau divaksinasi AstraZeneca karena efek sampingnya. (Supplied: Mariam Siwi)

Puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan di industri pariwisata, termasuk Julius Salato yang berusia 34 tahun.

Dia dulu bekerja di kapal pesiar, sehingga baginya mendapatkan suntikan berarti kembali ke pekerjaan yang dia sukai.

"Sejak COVID, saya di kembali ke rumah, menunggu untuk kembali bekerja, tetapi itu semua tergantung pada Pemerintah Australia dan vaksinnya," kata Salato.

"Saya akan dengan senang hati menerima vaksin, jika itu bisa kembali berfungsi dengan baik, saya mau menerima vaksin."

Kementerian Kesehatan Fiji mengatakan manfaat vaksin AstraZeneca jauh lebih besar daripada risikonya, tetapi mereka sedang mengembangkan pedoman dan prosedur operasi baru untuk lebih meyakinkan orang.

Dan Pemerintah di Kepulauan Solomon, yang sudah meluncurkan dosis vaksin yang diterimanya melalui fasilitas COVAX global, juga berpegang teguh pada prinsip itu.

Spesialis COVID-19 Yogesh Choudhri mengatakan target populasi adalah pekerja garis depan, yang semuanya berusia di bawah 55 tahun.

"Saat ini tidak ada konsensus dari WHO dan EMA, jadi saya tidak melihat alasan kami harus membatasi vaksin AstraZeneca untuk kelompok usia tertentu," kata Dr Choudhri.
Video Terpopuler Hari ini:

Keputusan Australia membatasi pemakaian vaksin AstraZeneca untuk kelompok di bawah 50 tahun telah menyebabkan keraguan vaksinasi di Papua Nugini yang saat ini sedang berlangsung

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News