Rahayu di Gedung Voli

Oleh Dahlan Iskan

Rahayu di Gedung Voli
Foto: disway.id

Semua kumpul di PT Samator. Yang lima orang tetap menganut Buddha meski tidak semuanya Maitreya. Yang dua, wanita, kini menganut Kristen --ikut suami mereka.

Ayah mereka sudah meninggal 40 tahun lalu. Dan sang istri terpaksa tidak bisa satu pemakaman dengan sang suami. Makam yang lama itu sulit dimasuki. Sudah terhalang banyak pemukiman.

Maka sang ibu setuju kalau dimakamkan terpisah. Di Lawang, dekat Malang. Toh tidak begitu jauh dari makam sang suami.

Padahal, saat memakamkan sang ayah dulu, sudah sekalian digali lubang untuk calon makam sang ibu.

Sang anak, sepanjang hari, terus di ruang persemayaman itu. Setiap kali ada rombongan yang sembahyang ia harus mendampingi. Sepanjang hari. Dari pagi sampai malam. Selama lima hari.

Sang anak kelihatan lega bisa memberikan penghormatan terakhir bagi ibunda secara layak. Kalau saja salah langkah mereka tidak akan bisa melawan prosedur pemakaman Covid-19.

Amitohu!(***)

 

Sekolah Tionghoa ditutup. Arif pun sekolah di SD negeri. Teman-temannya tidak hanya dari kalangan Tionghoa.


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News