Raih Predikat National Lighthouse, Pupuk Kaltim Dukung Terwujudnya Making Indonesia 4.0

Raih Predikat National Lighthouse, Pupuk Kaltim Dukung Terwujudnya Making Indonesia 4.0
Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengunjungi PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Foto dok PKT

jpnn.com, KALIMANTAN TIMUR - Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengunjungi PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), Selasa (25/10).

Kepala BSKJI Kemenperin Doddy Rahadi, mengungkapkan kunjungan ini merupakan bentuk monitoring langsung implementasi industri 4.0 oleh Pupuk Kaltim, yang telah ditetapkan Kemenperin sebagai salah satu National Lighthouse di Indonesia.

Pupuk Kaltim selaku benchmark industri 4.0 di bidang petrochemical, didorong untuk terus berperan menjadi contoh bagi industri sejenis.

"Hal ini sebagai salah satu upaya mendukung industri tanah air dalam menjangkau pasar global dengan lebih luas, sehingga berbagai persoalan yang dihadapi industri bisa saling dukung untuk kemajuannya," ungkap Doddy.

Sesuai roadmap Making Indonesia 4.0, dunia industri diharap bisa melakukan transformsi industri 4.0, agar terus mampu menghadapi iklim kompetisi yang semakin ketat melalui efisiensi dan efektivitas kinerja.

Begitu juga dalam mendukung tercapainya Net Zero Emission 2060, perusahan National Lighthouse juga memiliki peran vital dalam mendorong industri sejenis di Indonesia dalam melakukan dekarbonisasi secara signifikan.

Inisiasi Pupuk Kaltim melalui program penurunan emisi karbon hingga 30 persen pada 2030 merupakan salah satu upaya yang diharap bisa terus berkembang, sesuai prinsip Environmental, Social dan Governance (ESG), yang diusung perusahaan.

"Hal ini memang harus disiapkan mulai sekarang, baik untuk pembangkit listrik maupun proses dengan menyusun energy baseline di industri pupuk. Ini yang harus kami pikirkan bersama untuk kedepannya," tambah Doddy.

Inisiasi Pupuk Kaltim melalui program penurunan emisi karbon hingga 30 persen pada 2030 merupakan salah satu upaya yang diharap bisa terus berkembang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News