Reaksi Slamet PKS Soal Dana Bantuan Konservasi dan Perubahan Iklim

Reaksi Slamet PKS Soal Dana Bantuan Konservasi dan Perubahan Iklim
Anggota Komisi IV DPR RI drh. Slamet. Foto: FPKS DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) drh Slamet mengatakan fraksinya mencatat Indonesia mendapat komitmen/janji dari negara-negara maju berupa dana kerja sama luar negeri hingga mencapai USD 1.1 miliar.

Menurut Slamet, walaupun realisasinya masih jauh dari harapan, namun pada beberapa program pembangunan kehutanan komitmen tersebut telah ditunjukkan.

“Fraksi PKS telah menghitung pada tahun anggaran 2021 terdapat anggaran sekitar Rp 297.294.832.000 (dua ratus sembilan puluh tujuh miliar dua ratus sembilan puluh empat juta delapan ratus tiga puluh dua ribu rupiah) pada Dana Bantuan Konservasi dan Perubahan Iklim. Anggaran ini sangat besar, karena itu perlu diwaspadai akan adanya jebakan besar dana hibah ini,” ujar Slamet di Jakarta, Selasa (6/4).

Legislator asal Sukabumi ini meminta semua pihak agar memperjelas tawaran anggaran yang hampir mencapai Rp 300 miliar tersebut merupakan hibah (Grant) ataukah pinjaman (debt).

Menurut Slamet, pengalaman sebelumnya menunjukkan total hibah yang diberikan sangatlah kecil yaitu hanya 7-11 % dari total janji (pledge).

“Fraksi PKS kami mempertegas agar pemerintah untuk menerima kerja sama luar negeri dalam bentuk hibah bukan pinjaman pada Dana Bantuan Konservasi dan Perubahan Iklim,” tegas Slamet.

Indonesia, lanjut Slamet, sebagai negara mega biodiversity dan paru-paru dunia, merupakan negara tujuan bagi negara-negara di dunia untuk dapat menunjukkan perannya dalam Perubahan Iklim serta Konservasi Sumber Daya Alam.

Perannya sangat strategis menjaga bumi agar tetap lestari dan berkelanjutan sehingga kontribusi negara-negara lain di dunia mesti dilakukan oleh sebab begitu besarnya manfaat negeri ini memberikan oksigen di bumi.

Fraksi PKS mencatat Indonesia mendapat komitmen/janji dari negara-negara maju berupa dana kerja sama luar negeri hingga mencapai USD 1.1 miliar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News