Realitas Utang
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Mengapa Singapura juga mengeluhkan sikap Trump?
Jawabnya Anda sudah tahu: Singapura hidup dari perdagangan. Negara yang penduduknya sama dengan satu kota Surabaya itu tidak punya sumber daya alam. Singapura merasa hidupnya lebih baik dalam sistem perdagangan bebas.
Singapura akan susah kalau semua negara melakukan tit for tat terhadap Amerika. Semua negara menjadi hanya memikirkan diri masing-masing. Proteksionis menjadi normal baru. Akibatnya, lembaga-lembaga internasional menjadi kian kurang berfungsi.
Singapura, kata perdana menterinya, Lawrence Wong kemarin: juga menginginkan reformasi di lembaga-lembaga internasional. Termasuk di lembaga perdagangan internasional, WTO. "Yang dilakukan Trump sekarang ini bukan reformasi, tapi meninggalkannya," ujar Wong.
NATO hampir lumpuh. WHO bisa lumpuh. WTO pasti lumpuh. Mungkin juga PBB. Dunia sudah tidak akan sama lagi. Pertumbuhan ekonomi global akan menurun.
Padahal, diakui dunia bahwa jasa terbesar dari perdagangan bebas adalah: berkurangnya kemiskinan besar-besaran di dunia. Telah terjadi pemerataan kemakmuran.
Semua itu kini berakhir. Dunia harus menghadapi kenyataan baru.
Di masa lalu proteksionisme seperti itu diikuti dengan gerakan masing-masing negara mempersenjatai diri. Lalu meletuslah perang dunia kedua.
Utang kita yang besar itu otomatis membesar sendiri akibat perubahan kurs. Di saat tidak normal seperti sekarang, utang itu menjadi beban sangat berat.
- Liburan Wu-Yi
- Catatan Hati Perempuan Malam Ini Angkat Kisah Anak Bayar Utang Ayah dengan Pernikahan
- Rapat Bareng Menhan, Legislator Ungkit Utang Triliunan TNI AL
- Barong Bola
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia