Redenominasi Rupiah Mulai Bergulir

Redenominasi Rupiah Mulai Bergulir
Foto: Ayatollah Antoni/JPNN
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menambahkan, redenominasi akan dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi salah persepsi di masyarakat. Sebab, redenominasi memang berbeda dengan sanering atau pemotongan nilai uang. "Ini harus benar-benar dipahami agar tidak terjadi salah faham dan resistensi (penolakan) di masyarakat," katanya.

Agus menjelaskan, kunci dari dari redenominasi adalah penyederhanaan nominal uang yang disertai dengan penyederhanaan harga barang/jasa. Sebagai gambaran, saat ini harga sebuah tas Rp 100.000. Ketika terjadi redenominasi, maka uang Rp 100.000 akan disederhanakan menjadi Rp 100, saat itu pula harga tas tersebut akan menjadi Rp 100. Sedangkan dalam kasus sanering, ketika uang menjadi Rp 100, harga tas tetap Rp 100.000. "Jadi, redenominasi tidak akan mengurangi daya beli," jelasnya.

Lalu, apa keuntungan redenominasi? Darmin Nasution menerangkan, redenominasi akan sangat bermanfaat dalam hal akuntansi atau pencatatan keuangan. Misalnya, dalam dunia bisnis ataupun penyusunan anggaran negara, nilainya sudah mencapai triliunan. Itu artinya terdapat lebih dari 12 digit angka. "Dengan redenominasi, penulisan akan lebih sederhana karena tiga (angka) nol dihilangkan," ujarnya.

Demikian pula dalam keseharian masyarakat. Misalnya, harga barang-barang seperti baju yang selama ini misalnya biasa ditulis dengan angka Rp 130.000, Rp 250.000, atau Rp 400.000, nanti setelah redenominasi cukup ditulis dengan angka Rp 130, Rp 250, atau Rp 400. "Jadi, perhitungannya juag lebih sederhana," katanya.

JAKARTA - Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) sudah meniup peluit tanda bergulirnya program redenominasi Rupiah. Paling cepat enam tahun

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News