Rekor Rupiah Terendah Sejak 1998

Rekor Rupiah Terendah Sejak 1998
Rupiah terus melemah. Foto: ilustrasi/dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA -  Dari data kurs tengah Bank Indonesia (BI) sejak tiga hari belakangan menunjukkan bahwa rupiah berada di level Rp 12.962 saat penutupan Selasa (3/3), dan keesokan harinya (4/3) rupiah kembali melemah di level Rp 12.963.

Pelemahan tersebut berlanjut kemarin (5/3) dengan ditutupnya rupiah yang menembus Rp 13.022. Level tersebut merupakan rekor terendah rupiah sejak 1998 lalu.
       
Menanggapi ambruknya rupiah tersebut, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo terus menekankan agar masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pelemahan rupiah tersebut.

"Secara umum kondisi ekonomi di Indonesia masih baik. Soal rupiah yang melemah tidak perlu dikhawatirkan. BI selalu ada di pasar," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/3).
        
Hal-hal yang mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu belakangan disebutnya merupakan dampak dinamika yang terjadi di luar negeri. Hal tersebut, lanjutnya, telah diprediksi dan diwaspadai BI sejak beberapa waktu lalu.
       
Namun, mantan Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Bersatu II tersebut berusaha meyakinkan publik bahwa BI akan terus menjaga volatilitas nilai tukar rupiah.
       
"Tugas utama BI adalah menjaga volatilitas. Kita lihat di tahun lalu volatilitas rupiah ada di kira-kira 10 persen sepanjang tahun. Dan itu di bawah target kita," katanya. Meski enggan menyebutkan berapa target volatilitas yang ditetapkan BI, namun dia menegaskan bahwa akan menjaga agar volatilitas tidak melewati angka 10 persen.
       
Kondisi pelemahan kali ini, lanjutnya, bersifat sementara. Dia juga tidak menyebutkan dengan gamblang apakah BI akan melakukan intervensi kali ini. "Saya tidak bisa ungkapkan kita (BI) intervensi atau tidak. Tetapi sudah bisa kelihatan bagaimana peran BI. Secara umum kita tidak perlu mengkhawatirkan kondisi rupiah," katanya.
       
Menkoperekonomian Sofyan Djalil kembali memberikan tanggapan datar terkait melemahnya nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp 13 ribu. Sofyan bersikukuh depresiasi terhadap rupiah tersebut masih wajar. Dia juga menampik jika pemerintah gagal menjaga Current Account Defisit (CAD) atau defisit transasksi berjalan.

"CAD masih wajar-wajar saya ya. Kalau kita lihat presentase dibanding sebelumnya kan tidak banyak berbeda, bahkan terjadi penurunan kan,"papar Sofyan di kantornya, kemarin.
       
Mantan Menteri BUMN itu pun lagi-lagi mengatakan bahwa pelemahan rupiah diakibatkan faktor eksternal. Namun, dia mengakui pemerintah juga harus segera bertindak memperbaiki fundamental internal. Salah satunya dengan mengontrol peredaran dollar di kalangan pengusaha. Kemarin, pihaknya bertemu dengan 60 asosiasi pengusaha ke kantornya membicarakan hal tersebut.
       
"Kan di Indonesia lebih dari 120 asosiasi, dalam berbagai bidang. Hari ini (kemarin) lebih dari 60 diantara mereka hadir. Jadi kita berikan sosialisasi. Kita harapkan dengan sosialisasi seperti ini, mereka akan tahu. Kan mereka juga ikut membentuk harga. Sikap pemerintah menjaga iklim persaingan usaha sesuai ketentuan,"paparnya.
       
Sofyan pun menegaskan kondisi rupiah tidak akan memburuk melebihi saat ini. Pemerintah akan mengupayakan hal tersebut. Di sisi lain, nilai tukar rupiah
       
Meski begitu, Sofyan mengakui depresiasi rupiah berdampak pada nilai utang yang tinggi. Namun, dia menuturkan kondisi rupiah setidaknya sedikit lebih baik dibanding negara-negara tetangga, seperti Malaysia.

"Kita bicara terhadap semua mata uang yang lain itu sama. Sekarang ini rupiah lebih tinggi sedikit dibandingkan Malaysia. Tenang aja lah,"imbuhnya.
       
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menuturkan bahwa investasi tidak begitu terpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terus merosot. Namun, dia tidak menampik jika beberapa jenis investasi, akan sedikit terdampak oleh depresiasi rupiah. Salah satunya investor yang berniat melakukan ekspansi usaha.
       
"Tapi bisa jadi investasi yang sedang berjalan kemudian dia melakukan perluasan, bisa jadi menunda. Tapi kalau berorientasi ekspor pasti akan tetap jalan karena bisa eskpor. Jadi ya sebenarnya ini (pelemahan rupiah) itu sudah bisa diperhitungkan lah,"katanya di Kantor Kemenko Perekonomian, kemarin.
       
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengatakan, presiden sudah memberikan arahan kepada menteri-menteri ekonomi untuk terus memantau pergerakan nilai tukar. "Itu menjadi perhatian utama presiden," ujarnya di Kompleks Istana Presiden kemarin (5/3).
       
Sebagaimana diketahui, data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin menunjukkan rupiah sudah terseret hingga ke level 13.022 per USD, melemah 59 poin dibanding penutupan sebelumnya yang di level 12.963 per USD.

Tembusnya level 13.000 per USD ini merupakan titik terlemah sejak era krisis moneter 1998 lalu. Di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan, rupiah kemarin diperdagangkan cukup fluktuatif dan sempat menyentuh level terendah 13.052 per USD sebelum akhirnya menguat di akhir periode perdagangan dan akhirnya ditutup di level 12.990 per USD, menguat 5 poin dibanding penutupan hari sebelumnya. Penguatan jelang penutupan perdagangan seperti kemarin biasanya disebabkan oleh intervensi dari bank sentral.
       
Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro seperti sudah kehabisan kata kata dengan terus melemahnya rupiah saat ini. Karena itu, ketika ditanya wartawan terkait rupiah yang sudah menembus level 13.000 per USD, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) itu enggan berkomentar. "Nanyanya sama dengan kemarin, pertanyaan (yang) sama tidak berlaku buat saya," katanya ketus.
       
Demikian pula ketika dimintai komentar perihal mulai munculnya proyeksi-proyeksi yang menyebut rupiah berpotensi terus melemah mengarah ke level 15.000 per USD, Bambang enggan meluruskan dan meminta agar seluruh pihak tidak membuat panik masyarakat. "Sudah, itu saja," ucapnya. (dee/ken/owi)


JAKARTA -  Dari data kurs tengah Bank Indonesia (BI) sejak tiga hari belakangan menunjukkan bahwa rupiah berada di level Rp 12.962 saat penutupan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News