Ribuan Orang Melakukan Unjuk Rasa Menolak Tabungan Perumahan Rakyat

Elza mengatakan kenaikan harga tanah "tidak berimbang" dengan upah dan pemerintah harus "menguatkan harga pasar."
"Tidak ada kejelasan mekanisme, transparansi anggarannya seperti apa lalu apa keuntungannya anak muda jika ikut Tapera atau pekerja Gen-Z dan Milenial jika ikut Tapera," katanya.
"Cuma akal-akalan saja untuk memotong iuran Tapera dengan alasan akan dialihkan ke program-program pembangunan seperti IKN dan makan siang gratis dan sebagainya, mungkin."
Elvia Shauki adalah mantan pegawai pemerintah yang tidak pernah tahu kalau ia sudah membayar tabungan rumah sejak mulai bekerja sebagai pegawai negeri sekitar 30 tahun yang lalu.
Secara otomatis, sebanyak Rp10ribu dipotong dari gaji bulanannya sebagai bagian dari program Taperum.
Namun saat mengakses situs untuk mengklaim uangnya, Elvia hanya menemukan saldo sekitar Rp4,5 juta di rekeningnya.
"Empat atau lima juta rupiah untuk membeli rumah?" katanya.
"Beli rumah Barbie saja enggak bisa, karena harganya sudah Rp6 -7 juta sekarang."
Ribuan buruh dan pekerja turun ke jalanan untuk menolak usulan soal Tapera, yang mewajibkan seluruh pekerja, baik yang di pemerintahan atau swasta dengan upah diatas UMR, untuk membayar setidaknya 2,5 persen untuk tabungan rumah
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Ribuan Warga Kampung Sawah Tolak Gerai Miras di Kartika One
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya