Ringankan Beban Biaya Subsidi BBM, Pertamina Hemat Anggaran hingga Rp 6 Triliun

Ringankan Beban Biaya Subsidi BBM, Pertamina Hemat Anggaran hingga Rp 6 Triliun
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menuturkan saat ini perusahaan energi dihadapkan pada situasi yang berat di tengah disrupsi mata rantai pasokan energi global sebagai dampak konflik Rusia dan Ukraina. Foto: Dokumentasi Pertamina

Adapun pembelian minyak mentah adalah porsi terbesar dalam produksi BBM yang mencapai 92 persen.

Namun, investasi upgrading Kilang Minyak Pertamina yang telah dijalankan dalam empat tahun terakhir ini, berhasil meningkatkan fleksibilitas minyak mentah.

Artinya, lanjut Nicke, jika selama ini Kilang Pertamina hanya dapat memproses minyak mentah tertentu saja yang harganya mahal, maka mulai tahun lalu sudah mampu memproses minyak mentah dengan sulfur content lebih tinggi yang sumbernya banyak dan harganya lebih murah.

"Inilah langkah strategis Pertamina yang telah berhasil secara signifikan menurunkan biaya produksi BBM," ujar Nicke.

Selain itu, efisiensi energi di seluruh area operasional dari hulu ke hilir, juga memberikan penghematan biaya yang signifikan, selain tentu saja memberikan kontribusi pada penurunan emisi karbon.

“Terobosan pasca restrukturisasi yang juga signifikan untuk mencapai efisiensi Pertamina Group adalah sentralisasi pengadaan barang dan jasa, serta integrasi dan optimalisasi seluruh aset dari hulu ke hilir,” ungkapnya.

Pertamina Group juga berhasil meningkatkan pendapatan dengan melakukan ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi, seperti HVO (D100 berbasis kelapa sawit) dan Low Sulfur Fuel Oil.

Demand dunia terhadap produk-produk low carbon terus meningkat.

PT Pertamina (Persero) berhasil melakukan berbagai program efisiensi di tengah kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada biaya produksi BBM.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News