Rizal Ramli Bicara soal Gus Dur dan Kudeta di Venezuela

Rizal Ramli Bicara soal Gus Dur dan Kudeta di Venezuela
Rizal Ramli. Foto: dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli hari ini mengungkit soal cobaan yang dihadapi para pemimpin terdahulu mulai dari Soekarno hingga KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan mengomparasikannya dengan rezim yang tengah berkuasa saat ini yang tengah dihadapkan pada pandemi Covid-19 beserta dampaknya.

Mulanya, tokoh kelahiran Padang, Sumatera Barat ini menyinggung tentang pilihan berat Presiden Soeharto dengan Orde Barunya yang dihadapkan pada peristiwa 1998.

"Pada akhir Mei 1998, Presiden Soeharto punya 2 pilihan: memaksakan terus berkuasa, korban rakyat akan berkali-kali lipat. Akhirnya Soeharto memilih jalan negarawan, mengorbankan egonya, agar korban rakyat tidak bertambah. Kalau terjadi hari ini, pilihan apa yang akan diambil ya?" cuit @RamliRizal, Rabu (27/5).

Pada cuitan berikutnya, tokoh yang beken disapa dengan inisial RR ini juga menyebut sosok Presiden pertama RI Soekarno, BJ Habibie hingga Gus Dur dengan berbagai ujian kepemimpinan masing-masing.

"Presiden Soekarno, Habibie dan Gus Dur menghadapi dialema itu. Memaksakan terus berkuasa, korban rakyat banyak sekali. Semua pemimpin hebat itu, akhirnya memilih jalan negarawan dengan mengundurkan diri. Kira-kira kalau terjadi hari ini di tengah ketidak-mampuan luarbiasa, apa yang terjadi?" tulisnya lagi.

Padahal, kata Rizal Ramli, baik Bung Karno, Pak Harto maupun Gus Dur punya modal yang kuat untuk melawan. Sebab, mereka punya dukungan yang riil di akar rumput.

"Soekarno, Soeharto, Habibie dan Gus Dur memiliki dukungan massa riel. Hari ini tegak hanya karena sponsor-sponsor uang dan kekuatan mesin propaganda digital: influensers & buzzerRP. Memang bisa hancurkan tokoh-tokoh. Tapi tidak real & sangat kropos. Lho kok ndak eling? Kok lupa sama rakyat?" kata mantan Menteri Keuangan ini bertanya-tanya.

Kemudian, dia menceritakan upayanya membujuk Gus Dur agar melawan upaya kudeta yang dihadapi pemimpin kharismatik itu.

Mulanya Rizal Ramli menyinggung tentang pilihan berat Presiden Soeharto dengan Orde Barunya yang dihadapkan pada peristiwa 1998.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News