Rupanya, Ulah Tujuh 'Naga' Penyebab Danau Toba Gagal jadi Geopark Dunia

Rupanya, Ulah Tujuh 'Naga' Penyebab Danau Toba Gagal jadi Geopark Dunia
Hinca Panjaitan. Foto: Soetomo Samsu/JPNN

Diingatkan lagi, tidak cukup hanya menjual panorama Danau Toba. “Karena keindahan alam itu paling  lama hanya dilihat dua setengah menit. Tapi keindahan budaya, menyentuh hati, perasaan, menimbulkan kerinduan,” urainya.

Lantas dia mencontoh lokasi lain, Tana Toraja, dengan tulang-tulang dan tengkorak para leluhur yang di pajang di tebing-tebing yang tinggi, yang menarik wisatawan mancanegara. Sebuah budaya yang mampu menyedot perhatian dunia.

Karena itu, Hinca mengingatkan, pengisian personel yang duduk di Badan Otorita Danau Toba nantinya juga sangat menentukan.

“SDM-SDM yang duduk di Badan Otorita harus paham kultur Batak, paham bagaimana menghargai warisan para leluhur. Yang punya kearifan lokal. Jangan hanya utak-atik Danau Toba. Sudahlah, Danau Toba itu sudah indah. Yang terpenting bagaimana menjaga budaya, yang sekarang sudah mulai habis, tak ada lagi gondang,” cetusnya lagi.

Dia menekankan pentingnya Badan Otorita nantinya mampu menjaga budaya, bersamaan dengan semangat menarik bule-bule berkunjung ke Danau Toba. “Kalau tidak, bahaya, jumlah penderita HIV/Aids bisa makin tinggi,” ucapnya.

Saat ini, lanjutnya, Sumut sudah menduduki peringkat ke-6 provinsi yang penderita HIV/Aids-nya terbanyak. “Dari 33 kabupaten/kota di Sumut, Balige, Tobasa, nomor satu. Tapi gereja, masjid, semua diam karena itu dianggap aib. Maka kembalilah ke budaya,” ujarnya, lantas menenggak air mineral dari botol bening. ***

MENGENAKAN baju Partai Demokrat, bagian ujung lengan dan kerah bermotif Gorga Batak. Di saku bajunya tersembul sehelai daun sirih yang masih


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News