Rusia Kekurangan Dolar Amerika Serikat untuk Bayar Utang, Putin Bisa Terancam Masalah Baru

Rusia Kekurangan Dolar Amerika Serikat untuk Bayar Utang, Putin Bisa Terancam Masalah Baru
Vladimir Putin dan Rusia semakin dikucilkan oleh dunia internasional. (Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS)

Namun banyak perusahaan besar sekarang mengalami krisis uang tunai karena perusahaan gas dan mineral Rusia sudah diboikot dan mereka tidak lagi menjadi bagian dari sistem keuangan internasional. Akibatnya pengiriman dana menjadi sulit dilakukan.

Bagi Rusia, bila ada 'pengemplangan' maka nilai mata uang rubel akan semakin jatuh sehingga semakin membuat warga mengalami kesulitan.

Mata uang yang lemah membuat daya belinya menurun. Ini menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok di dalam negeri meningkat atau berpotensi membuat barang-barang hilang dari pasar.

Sudah ada sekitar 400 perusahaan asing yang menarik diri dari Rusia. Jika Rusia memutuskan tidak bisa membayar utang, maka para investor akan semakin takut untuk melakukan bisnis di negara tersebut.

Siapa saja yang memberi utang ke Rusia?

Para pemberi utang kebanyakan adalah bank dan institusi investor besar. Namun dengan utang yang relatif kecil, dampaknya secara global diperkirkaan tidak akan besar juga.

Tapi bank-bank di Eropa khususnya di Austria, Prancis dan Italia akan mengalami kerugian besar.

Sebuah lembaga bernama The Bank For International Settlements memperkirakan bank Italia dan Prancis masing-masing sudah memberikan utang masing-masing sekitar US$25 miliar, sementara bank Australia sekitar US$17,5 miliar.

Sejak Rusia mengambil alih paksa wilayah Crimea di Ukraina tahun 2014, perbankan Amerika Serikat mengurangi keterlibatan dengan Rusia, meski Citibank dilaporkan tetap memberi utang sebesar sekitar US$10 miliar.

Pekan lalu, Rusia membayar bunga dari sebagian utang luar negeri dalam bentuk dolar Amerika Serikat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News