Saat Penghuni Gubuk Reyot Makan Steak di Hotel Mewah

Saat Penghuni Gubuk Reyot Makan Steak di Hotel Mewah
Dedi Mulyadi. Foto: dok/JPG

jpnn.com, PURWAKARTA - Engkos (40) bersama istrinya, Erna (30) Kamis (30/3) lalu mendapat pengalaman yang tak akan terlupakan. Warga Kampung Nanggorak RT 04/01, Desa Sindangsari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta itu, makan siang di Plaza Hotel, Kawasan Kota Bukit Indah City Purwakarta.

Mereka datang ke hotel bintang lima itu untuk memenuhi undangan makan siang dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dalam acara yang berlangsung santai dan penuh keakraban tersebut, Bupati Dedi memesankan makanan steak untuk engkos dan istrinya.

Ya, Engkos dan Erna bukan tamu biasa buat Bupati Dedi. Mereka adalah warga yang terpaksa harus tinggal di dalam gubuk yang terbuat dari bilik bambu berukuran 2,5 x 2 meter. Ironisnya, tanah yang diatasnya didirikan gubuk tersebut berstatus sebagai tanah wakaf warga desa setempat.

Seluruh aktivitas dilakukan di ruang sempit yang sebenarnya tidak layak dikatakan rumah itu, mulai dari memasak hingga tidur.

Kondisi ini diperparah oleh kebangkrutan yang dialami oleh Engkos dalam usaha penjualan kaki dan kepala sapi yang biasa ia lakukan sehari-hari. Praktis, selain tidak memiliki tempat tinggal yang layak, ia pun tidak memiliki mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. "Kerja serabutan saja, kadang makan dikasih tetangga yang merasa kasihan," kata Engkos, seperti dikutip dari Pasundan Ekspress.

Keduanya terlihat malu-malu saat akan menyantap makanan yang terbilang jarang mereka dapatkan. Akan tetapi, rasa malu mereka perlahan hilang saat orang nomor satu di Purwakarta tersebut membantu mengiris daging steak untuk mereka berdua.

Saat dimintai keterangan setelah acara makan siang, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan sudah memerintahkan Kepala Desa Sindangsari, Plered, Purwakarta untuk mencarikan tanah yang akan digunakan untuk membangun rumah Engkos. Hal ini dilakukan, mengingat gubuk tempat tinggal Engkos dan istrinya berdiri di atas tanah wakaf.

"Kami coba gulirkan beberapa skema bantuan untuk Mang Engkos, ada modal sebesar Rp 3 juta agar beliau bisa memulai kembali usaha menjual kepala dan kaki sapi yang sempat bangkrut. Sebelum usahanya bisa berjalan, kami berikan dulu Rp 2 juta per bulan untuk kebutuhan sehari-hari. Kami juga carikan tanah untuk membangun rumah layak. Kalau sudah ada, kami berikan Rp 15 juta untuk membangun rumah," kata Dedi.

Engkos (40) bersama istrinya, Erna (30) Kamis (30/3) lalu mendapat pengalaman yang tak akan terlupakan. Warga Kampung Nanggorak RT 04/01, Desa Sindangsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News