Said Didu: Di Negara Komunis BBM Tak Disubsidi
Kamis, 13 Juni 2013 – 16:14 WIB
JAKARTA - Pengamat kebijakan BUMN Said Didu menilai, kondisi makro ekonomi yang memburuk belakangan ini disebabkan karena subsidi yang terlalu besar membebani anggaran. Saat ini, memburuknya perekonomian Indonesia ditandai pelemahan rupiah, berkurangnya devisa, dan juga pasar saham yang mulai goyah.
"Subsidi BBM ini sudah berdampak ke ekonomi. Ini sudah sejak Januari lalu saya ingatkan," ujar Said Didu kepada wartawan, Kamis (13/6)
Baca Juga:
Menurutnya, awal masalah dari kondisi makro sekarang ini bermula ketika pemerintah kembali menurunkan harga BBM subsidi dari Rp6000 ke Rp4500 pada 2008 lalu. Namun, ketika harga minyak dunia naik tinggi, upaya pemerintah menaikkan lagi harga BBM bersubsidi pada 2012 batal.
Alhasil, subsidi BBM dari yang tadinya Rp105 triliun, kemudian melonjak 100 persen menjadi Rp200 triliun lebih. Kenaikan subsidi yang berlipat itu atas persetujuan DPR. Namun, anehnya, ketika pemerintah hendak mengurangi, justru sikap DPR berlawanan.
JAKARTA - Pengamat kebijakan BUMN Said Didu menilai, kondisi makro ekonomi yang memburuk belakangan ini disebabkan karena subsidi yang terlalu besar
BERITA TERKAIT
- Begini Respons Bea Cukai soal Relaksasi Kebijakan Larangan Pembatasan Barang Impor
- Jawab Tantangan Bisnis ke Depan, Pertamina Luncurkan Competency Development Program
- Harga Emas Antam Sabtu 18 Mei 2024, Naik Rp 7.000 Per Gram
- Layanan SIM Keliling Lima Lokasi di Jakarta Hari Ini
- Anak Usaha SIG Raih BUMN Entrepreneurial Marketing Awards 2024
- Stimuno Kembali Raih Penghargaan Top Brand For Kids Awards