Salat Tarawih Tengah Malam, Pulang Harus Pamitan

Salat Tarawih Tengah Malam, Pulang Harus Pamitan
Masjid Keraton Buton masih mempertahankan bentuk keasliannya. Salat tarawih di masjid ini pada malam pertama Ramadan masih digelar tengah malam. Gambar diambil Senin (6/6). Foto: Akhirman/Kendari Pos

jpnn.com - MASYARAKAT Buton masih terus melestarikan budaya warisan lelulur. Misalnya, pelaksanaan salat tarawih pada malam pertama Ramadan yang dilaksanakan tengah malam diawali dengan sebuah tradisi. Jamaah tarawih tak boleh langsung masuk ke Masjid Keraton, namun harus melewati proses adat lebih dulu.

Akhirman-Buton

Bulan Suci Ramadan merupakan sebuah momen penting yang dinatikan dan dirindukan oleh setiap umat muslim. Dimana, dalam bulan ini, segala perbuatan baik seseorang dilipatgandakan oleh Allah SWT. Makanya, seluruh masyarakat muslim meyambut baik dengan penuh kegembiraan akan datangnya bulan Ramadan.

Di Kota Baubau misalnya. Sebagai daerah eks Kesultanan Buton dan menjadi salah satu pintu masuknya ajaran islam pertama di Provisnsi Sulawesi Tenggara, pelaksanaan shalat tarawih begitu sakral. 

Berbagai ritual mengiringi setiap tahapan sebelum masuk pelaksanaan ibadah shalat tarawih malam pertama Ramadan.

Kurang lebih 10 menit sebelum jarum jam menunjuk pukul 00:00. Seluruh perangkat Masjid Keraton yang berjumlah 22 orang duduk di "gode-gode" masjid. 

Tampak salah seorang perangkat Masjid Keraton bergelar Moji bergegas, kemudian menyuarakan sebuah kalimat. "Tarango tarango tarango, walayikaana walayikayi malono siy bhana bhangu". 

Ternyata arti kalimat itu dalam bahasa Indonesia adalah  “dengar, dengar, dengar sebelah kanan sebelah kiri, depan dan belakang, malam ini adalah malam pertama sahur.” Sebuah pemberitahuan pada seluruh jamaah untuk malam pertama puasa.

MASYARAKAT Buton masih terus melestarikan budaya warisan lelulur. Misalnya, pelaksanaan salat tarawih pada malam pertama Ramadan yang dilaksanakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News