Sam Ratulangie yang Jadi Nama Jalan itu…

Sam Ratulangie yang Jadi Nama Jalan itu…
Potret Sam Ratulangie koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia ini termuat dalam buku Sejarah Berita Proklamasi. Foto: Repro Wenri Wanhar/JPNN

Sam Ratulangie (Gubernur), Andi Zaenal Abidin (Sekretaris), F. Tobing (Wakil Sekretaris), Lanto Daeng Pasewang (Biro Umum), Najamuddin Daeng Malewa dan Tajuddin Noor (Biro Ekonomi), Siaranamual dan Maulwi Saelan (Biro Pemuda), Manai Sophian (Biro Penerangan), dan sejumlah pembantu.

Dengan formasi itulah, Sam Ratulangie berjibaku membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kemerdekaan dan upaya mempertahankannya.

Mereka segera bekerja. Tim pengabar proklamasi dibagi dua. Tim Ratulangie ke Utara, tim Lanto Daeng Pasewang ke Selatan. Bertemu lagi di Kota Sengkang.

Merujuk tulisan Anwar, hal itu dimaksudkan untuk menyusun kekuasaan dan menggalang persatuan dengan makin santernya berita pendaratan tentara Sekutu di Sulawesi Selatan.

Hanya saja, Ratulangie dinilai peragu oleh kelompok pemuda Sulawesi.

"Keragu-raguan dan kehati-hatian sang gubernur," menurut Anwar, "berawal dari keragu-raguannya dalam hal pengambil-alihan pemerintahan di Sulawesi dari tangan penguasa Jepang yang ketika itu sudah berstatus kalah perang dan tidak berdaya."

Pemuda di Sulawesi, sebagaimana dituliskan Maulwi Saelan dalam biografinya, sebenarnya berada dalam kesadaran yang revolusioner ketika kemerdekaan Indonesia baru diproklamasikan. Namun, Ratulangie tak menangkap semangat itu.

Pemuda bergejolak. Tapi, Sam Ratulangie tak mau konyol. Pertimbangannya, para pemuda bukan tentara yang terlatih dan tidak memiliki persenjataan modern.

PESAWAT mendarat di lapangan terbang kecil Sapiria di Bulukumba, lebih kurang 160 km dari Makassar. Temaram. Malam menjelang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News