Sambil Berbisik, Mami itu Menawarkan Rp 700 Ribu untuk Perempuan 18 Tahun

Sambil Berbisik, Mami itu Menawarkan Rp 700 Ribu untuk Perempuan 18 Tahun
Sambil Berbisik, Mami itu Menawarkan Rp 700 Ribu untuk Perempuan 18 Tahun

Umur mereka beragam, dari belasan hingga puluhan tahun. Harganya juga bervariasi, tergantung usia. “Untuk harga saya tidak bisa pastikan. Biasa tergantung kesepakatan dengan pemilik kafe. Yang muda tentu lebih mahal,” ujar pria yang mengaku sudah cukup lama bekerja sebagai penjaga kafe itu.  

Menurut Arif, hampir di setiap kafe menyediakan kamar-kamar untuk memuaskan pelanggan. Di tempatnya sendiri tersedia empat kamar di lantai dua. Bagi yang ingin main di tempat harganya tentu lebih murah dibanding harus membawa ke tempat lain atau yang dikenal dengan istilah longtime service. Setelah bincang-bincang cukup lama, informasi dari Arif sedikit menguak keberadaan gadis belia yang dipekerjakan di sana.

Beralasan sambil menunggu para pemandu lagu itu datang, kami pun berpamitan untuk melihat-lihat tempat lain. Dengan sepeda motor, kami kembali mengitari lokalisasi. Kini suasana semakin ramai. Beberapa kafe yang awalnya masih tutup satu persatu mulai buka. Para tamu, pria-pria pencari hiburan kian berdatangan.  

Seperempat jam berkeliling, kami kembali singgah di salah satu kafe. Sebut saja kafe C. Di teras kafe duduk lima wanita. Warna pakaian mereka mencolok dan seksi. Aktivitasnya beragam. Ada yang sedang berdandan, teleponan, hingga sekadar mengisap sebatang rokok. Waktu itu jam menunjukkan pukul 20.30. 

Mereka terlihat cukup dewasa. Perkiraan rata-rata usianya 20 tahunan. Sambutan mereka pun begitu ramah. Bahkan salah seorang dari mereka tak segan mengaku sebagai pemandu lagu yang pindah dari tempat hiburan di Pontianak.Tepatnya salah satu karaoke, lounge dan spa yang beberapa waktu lalu ditutup. 

“Saya juga dari Pontianak, Bang. Tempat kerja di sana tutup jadi saya pindah ke sini,” ujar gadis itu setelah tahu penulis dari Pontianak. 

Di antara mereka ada satu wanita. Dialah yang disebut Mami, germo yang mengurus para wanita tuna susila di tempat itu. Ditanyai ada atau tidaknya daun muda, membuat mami bergegas memanggil wanita lainnya di dalam ruangan. “Ada dua masih sangat muda. Baru dua hari di sini,” ujar Mami, lantas berteriak memanggil mereka dengan sebutan anak ayam. 

Dari teras kami digiring masuk dan duduk di ruang karaoke. Ruangannya tak terlalu luas. Hanya ada satu layar televisi, empat buah meja dan beberapa bangku dan kursi. Penerangan hanya lampu disko warna-warni yang berputar-putar. Sesekali cahayanya menerangi sebuah poster kecil, potret bule berbikini yang ditempel di dinding, tepat di depan penulis duduk.

PULUHAN kafe remang-remang di kawasan Pasar Rangge Sentap merupakan kompleks lokalisasi terbesar di Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Meski jelas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News