Sang Pilar yang Teman Semua Orang
Senin, 10 Juni 2013 – 01:01 WIB

Sang Pilar yang Teman Semua Orang
Bisa saja, ada orang yang menilai ucapan itu sebagai permainan kata-kata. Tapi, tidak bagi Pak TK. Perbedaan antara "oposisi" dan "penyeimbang" itu, bagi beliau, sangat prinsip. "Dalam konstitusi kita tidak mengenal istilah oposisi," ujarnya. "Jadi, siapa yang menamakan dirinya partai oposisi dia melanggar konstitusi."
Seringnya kata-kata oposisi dipakai di negeri ini menandakan mulai bengkoknya sistem bernegara kita. Beliau ingin terus meluruskan apa yang beliau anggap mulai bengkok. Karena itu, beliau sangat ngotot menyosialisasikan "Empat Pilar" yang tidak boleh hilang dari negara kita: Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Bahkan, beliau sampai memerintahkan membuka kamus bahasa Indonesia agar tidak ada yang menyalahartikan pengertian "Empat Pilar". Terutama ketika ada tokoh nasional yang mempersoalkannya dengan kata-kata "Pancasila mestinya tidak sekadar dijadikan pilar".
Nah, setelah kamus dibuka, Pak TK lega. Tidak ada yang salah dengan istilah "Empat Pilar". Menurut kamus itu, "pilar" berarti fondasi. Bukan seperti yang dibayangkan sejumlah orang bahwa pilar itu seperti tiang rumah.
"BELIAU itu amalnya banyak," gumam lirih Menko Perekonomian Hatta Radjasa saat jenazah Dr H Taufik Kiemas, ketua Majelis Permusyawaratan
BERITA TERKAIT
- Kala Bhikkhu Thudong Singgah di Masjid Agung Semarang: Wujud Persaudaraan Lintas Iman
- Menko Polkam: Pemerintah Bentuk Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme & Ormas Meresahkan
- Masukan Buat Prabowo dari Innovation Summit Southeast Asia 2025
- B2W Capai 80 Persen Target Kuartal I 2025, Siapkan Revitalisasi 15 Korwil se-Indonesia
- Hasan Nasbi Mengaku Hubungannya dengan Presiden Prabowo, Mensesneg, dan Teddy Sangat Baik
- Usulan Kubu Tom Lembong, Hadirkan Moeldoko dan Eks Mendag di Persidangan!