Saset Kompor

Oleh: Dahlan Iskan

Saset Kompor
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA lagi di pedalaman Tiongkok. Naik kereta api sejauh 14 jam. Dari Beijing. Bukan kereta Whoosh. Kereta lama. Jalur lama. Gerbong lama.

Bisa tidur sepanjang malam. Juga bisa mimpi terkena luka.

Stasiunnya baru. Stasiun Fengtai. Di Beijing sisi selatan. Beda lagi dengan stasiun Nanzhan yang juga di Beijing selatan. Saya sudah sering datang-pergi di Nanzhan tetapi baru sekali ini lewat Fengtai.

Baca Juga:

Bisa saja saya naik whoosh. Dari Beijing. Ke Changsha. Atau Nanchang. Atau Ganzhou. Tetapi harus pindah kereta. Ke pedalaman ini. Maka kami putuskan naik kereta lama saja. Sekalian nostalgia.

Lima tahun lalu saya naik kereta jenis ini. Dari Xinjiang. Ke Ganshu. Gerbongnya juga berkamar-kamar. Tidur sepanjang hari. Sepanjang malam.

Satu kamar berisi 4 tempat tidur. Dua atas, dua bawah. Ada bantal.

Baca Juga:

Selimut tebal. Lengkap: colokan listrik USB dan yang lubang dua. Air panas satu termos. Lampu baca.

Tiap gerbong punya dua toilet: di ujung sini toilet duduk, di ujung sana toilet jongkok. Terpelihara. Bersih. Di depan toilet berjajar wastafel: untuk ramai-ramai sikat gigi pagi hari.

SAYA lagi di pedalaman Tiongkok. Naik kereta api sejauh 14 jam. Dari Beijing. Bukan kereta Whoosh. Kereta lama. Jalur lama. Gerbong lama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News