Saya Ikhlas Masuk Neraka
Selasa, 03 Agustus 2010 – 08:43 WIB

Saya Ikhlas Masuk Neraka
Setelah lulus, ia hijrah ke Jakarta. Tahun itu, 1960, ia setengah menggelandang, bersama istrinya yang sudah ia kenal sejak SMA di Manado, dari losmen murah satu ke losmen lain.
Ciputra tidak mencari kerja. Ia bisa yakinkan Pemerintah DKI untuk membuka perusahaan daerah. Awalnya, PT Pembangunan Jaya, perusahaan yang kini punya 20 anak perusahaan dan 14.000 karyawan itu, hanya diurus lima orang, termasuk Ciputra yang menjadi direktur, hingga kelak menjadi direktur utamanya. Inilah perusahaan yang berhasil mengubah daerah seram Ancol menjadi kawasan pelancongan kelas dunia. Lalu, selebihnya adalah sejarah, Ciputra sukses mengembangkan tiga kelompok usaha besar.
”Saya tak tahu di mana ijazah sarjana saya,” kata Pak Ci. Ia sendiri, menantang lulusan Universitas Ciputra – sekolah yang ia dirikan dan tahun ini akan meluluskan angkatan pertama – untuk melaminating saja ijazah sarjana, membingkainya lalu gantung di dinding. Tak usah dipakai untuk melamar kerja. Jadikan kenang-kenangan saja bahwa mereka pernah kuliah.
”Saya tantang mereka menjadi entrepreneur,” kata Ciputra. Ini bukan tantangan kosong, sebab si penantang adalah orang yang 50 tahun yang lalu, telah melakukan hal yang sama.