Sayang, Banyak Insinyur tak Dijadikan Pengawas Proyek

Sayang, Banyak Insinyur tak Dijadikan Pengawas Proyek
Kepala BSN Prof. Bambang Prasetya. Foto: bsn.go.id

jpnn.com, JAKARTA - Kecelakaan konstruksi yang terjadi secara beruntun, salah satu penyebabnya karena kurangnya pengawasan dari lembaga inspeksi.

Menurut Kepala Badan Standar Nasional (BSN) Prof Bambang Prasetya, proyek-proyek konstruksi harusnya diawasi ketat oleh lembaga inspeksi.

Nyatanya, banyak yang lalai sehingga pelaksanaan proyeknya tidak diawasi oleh insinyur-insinyur teknik.

Padahal banyak insinyur teknik lulusan perguruan tinggi bagus yang terpaksa bekerja di bank, ojek online (ojol), taksi online, dan lainnya karena tidak adanya pekerjaan sesuai keahliannya.

"Sangat disayangkan, insinyur kita dari lulusan PT terbaik bukan dipekerjakan untuk mengawasi proyek-proyek konstruksi. Ini jadi tantangan bagi pihak ketiga untuk membuka lapangan kerja baru khusus inspeksi proyek jasa konstruksi," tutur Prof Bambang di Jakarta, Selasa (20/2).

Dia menyebutkan, saat ini ada 1815 Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK). Dari jumlah itu, 1580 di antaranya laboratorium penguji. Jumlah ini hampir setara Meksiko yang laboratoriumnya di sekitar itu.

Bedanya Meksiko memiliki 3000an lembaga inspeksi. Sedangkan Indonesia hanya 117 sehingga tidak bisa melakukan pengawasan menyeluruh.

"Mestinya lembaga inspeksi harus lebih banyak dari laboratorium agar seluruh jasa konstruksi bisa diawasi ketat," ucapnya.

Banyak insinyur dari lulusan perguruan tinggi terbaik tidak dijadikan pengawas proyek-proyek konstruksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News