SBY Dinilai Gunakan Sensitivitas Terbalik

SBY Dinilai Gunakan Sensitivitas Terbalik
SBY Dinilai Gunakan Sensitivitas Terbalik
"Tapi terhadap kesulitan publik yang tidak mendapat layanan transportasi, kesehatan dan pendidikan yang layak, Presiden selalu melempar tanggung jawabnya, dengan beralasan ada instansi terkait yang menanganinya," kata Fuad yang juga mantan Menkeu era Presiden Soeharto itu.

Menurut Fuad, aksi demo yang saat ini makin marak, merupakan gambaran kongkrit dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan yang makin korup, hingga berimbas kepada makin sulitnya masyarakat untuk mencari nahfkah. "KPK diobok-obok dari seluruh lini. Saya yakin betul itu memang ada, dan keyakinan saya terhadap KPK diobok-obok itu sama halnya dengan keyakinan saya dalam beragama," tegasnya.

Demikian juga halnya, kata Fuad, dengan penyelesaian kasus Bank Century yang hingga kini tidak jelas juntrungannya. "Skandal Bank Century itu kayak mayat berjalan dan dibiarkan begitu saja. Demikian pula dengan kasus rekening gendut perwira Polri. Semua dibiarkan mengambang," ungkapnya.

Dikatakan Fuad lagi, komplain masyarakat terhadap terganggunya aktifitas publik karena macet yang berkepanjangan di sejumlah kota besar di Indonesia, juga tak digubris. "Presiden pasti tidak pernah macet, karena dia pakai apa itu, 'ngoweng-ngoweng' (mobil maupun sepeda motor pengawal atau biasa disebut 'foreder', Red). Celakanya, menteri pun ikut pakai 'ngoweng-ngoweng'. Terang saja mereka tidak macet. Di era Soeharto, mana ada menteri yang berani pakai 'ngoweng-ngoweng'. Tapi di era SBY, luar biasa penggunaan fasilitas negara itu," pungkasnya. (fas/jpnn)

JAKARTA - Ketua Partai Hanura, Fuad Bawazier menegaskan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menerapkan prinsip-prinsip sensitivitas pemerintahan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News