Seberapa Siap Polri Menerima Richard Eliezer sebagai Aset, bukan Musuh?

Seberapa Siap Polri Menerima Richard Eliezer sebagai Aset, bukan Musuh?
Reza Indragiri Amriel soal karier Richard Eliezer alias Bharada E di Polri. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti ASA Indonesia Institute Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis soal nasib Richard Eliezer alias Bharada E di Polri setelah nanti keluar dari penjara.

Eliezer adalah pembunuh Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan divonis hukuman ringan, yakni 1 tahun 6 bulan penjara lantaran memilih jadi pelaku yang bekerja sama atau justice collaborator.

Reza mengatakan yang menjadi pertanyaan sekarang bukan apakah Eliezer layak melanjutkan kariernya Polri. Sebab, mantan ajudan Ferdy Sambo itu dinilai sangat layak tetap jadi polisi.

Sebagai justice collaborator yang sebangun dengan whistleblower, Bharada E sudah menunjukkan betapa ketaatan pada kebenaran lebih tinggi daripada kepatuhan yang menyimpang.

"Dengan mentalitas seperti itu, Eliezer layak dipandang sebagai aset, bukan sebagai musuh. Masalahnya justru pada Polri. Yakni, seberapa siap Polri menerima kembali Eliezer?" ujar Reza.

Pria yang pernah mengajar di STIK/PTIK itu menyebut jawaban atas pertanyaan itu ada pada dua hal. Pertama, apakah Polri punya sistem pengembangan karier bagi personel dengan karakteristik seperti Eliezer?

"Artinya, profesionalisme Eliezer harus terus dikembangkan," ucap Penyandang gelar MCrim dari University of Melbourne Australia itu.

Namun, Reza juga menyinggung adanya pemahaman bahwa Eliezer pernah divonis bersalah terkait pasal 340 KUHP. Hukuman berupa masa pemenjaraannya memang ringan, cuma 1 tahun 6 bulan, tetapi hukumannya itu dijatuhkan terkait pembunuhan berencana dan itu sangat serius.

Reza Indragiri menyebut karier Richard Eliezer ditentukan dua hal ini. Salah satunya, seberapa siap Polri menerimanya sebagai aset bukan musuh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News