Seberapa Siap Polri Menerima Richard Eliezer sebagai Aset, bukan Musuh?
Terhadap anggota Polri yang pernah melakukan tindak pidana, kata Reza, tentu Polri berkepentingan besar untuk memastikan Eliezer tidak menjadi residivis. Baik residivisme atas perbuatan yang sama maupun residivisme terkait pidana lainnya.
"Jadi, di samping pengembangan profesionalisme, Polri juga harus melakukan risk assessment dan rehabilitasi terhadap Eliezer," tuturnya.
Faktor kedua, lanjut Reza, apakah Polri punya sistem untuk melindungi Eliezer dari kemungkinan serangan pihak-pihak yang barangkali tidak senang dengan sepak terjang Eliezer?
"Artinya, apakah Polri nyaman menerima seorang justice collaborator alias whistleblower?" kata Reza.
Menurut Reza, Eliezer telah memperlihatkan betapa dia pada akhirnya bukanlah personel yang bisa didikte untuk menyembunyikan penyimpangan, lebih-lebih yang dilakukan oleh senior bahkan jenderal sekalipun.
"Tidakkah itu bisa dipandang berpotensi mengganggu jiwa korsa Polri?" kata pakar psikologi forensik itu.
Oleh karena itu, Reza menyarankan sekembalinya Eliezer nanti, Polri memang perlu membudayakan whistleblowing di internal korps Tribrata.
"Sekaligus, Polri harus menjamin bahwa Eliezer dan para whistleblower lainnya terhindar dari viktimisasi," ujar Reza Indragiri.(fat/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Reza Indragiri menyebut karier Richard Eliezer ditentukan dua hal ini. Salah satunya, seberapa siap Polri menerimanya sebagai aset bukan musuh.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Tambah Kekuasaan Bukan Memperbaiki Pengawasan, RUU Polri Dinilai Menyimpang
- Sahroni Puji Keberhasilan Gugus Tugas Ketahanan Pangan Polri Tingkatkan Hasil Panen Jagung
- Dedi Mulyadi Ungkap Kriteria Pelajar yang Dikirim ke Barak TNI
- PPATK Apresiasi Kinerja Pemerintah dan Polri dalam Penindakan Judi Online
- Keberadaan Kasat Reskrim Iptu Tomi yang Hilang saat Memburu KKB pada 2024 Masih Misteri
- Penyelundupan Narkoba ke Rutan Polresta Samarinda, 3 Polisi Terancam PTDH