Sebesar 35% Ekspor ke Tiongkok Tertunda

Sebesar 35% Ekspor ke Tiongkok Tertunda
Sebesar 35% Ekspor ke Tiongkok Tertunda
Jagmeet menjelaskan, faktor-faktor seperti padatnya pelabuhan dan keberadaan bajak laut Somalia sering mengganggu arus pengiriman kargo ke Tiongkok. Hal itu, menurut dia, akan terus menambah ketidakpastian mengenai pengiriman ekspor ke Tiongkok. "Ini bisa berakibat pada putusnya kontrak perusahaan pengolahan baja di Tiongkok dengan perusahaan pengangkut kargo," tuturrnya.

Disisi lain, dia berpesan kepada para pelaku industri batubara yang agar jangan hanya menganggap Tiongkok sebagai satu-satunya surga industri di dunia. Masih ada negara-negara Asia lain yang siap bersaing seperti India dan Jepang. "Pelaku industri batubara sebaiknya jangan hanya mengamati Tiongkok, tapi ada baiknya sesekali berhenti untuk melihat dan mengamati ke mana pasar akan bergerak,"ungkapnya.

irjen Minerbapabum Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Setiawan, mengatakan tantangan pengembangan batubara nasional semakin besar. "oleh karenanya dibutuhkan upaya bersama dari para pemangku kepentingan batubara untuk bersama-sama mengatasi tantangan dan kendala yang ada di tegasnya.

Terkait ekspor, Dirjen menuturkan, pemerintah telah mengembangkan kebijakan tentang Domestic Market Obligation (DMO) untuk mengamankan pasokan batubara dalam memenuhi permintaan domestik. "Ketentuan DMO juga telah masuk secara eksplisit dalam Kontrak Karya, dimana perusahaan dapat menjual produksi batubara setelah kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi," jelasnya. (wir)

JAKARTA - Pesatnya pertumbuhan industri di Tiongkok memicu naiknya permintaan komoditi pertambangan yang diekspor dari Indonesia, seperti bijih besi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News