Sejarah Proklamasi, ini Kuncinya...

Sejarah Proklamasi, ini Kuncinya...
Wikana, tiga dari kiri, anak muda berpengaruh dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Foto: Public Domain.

"Sejujurnya, saya maupun Laksamana Maeda tidak berpikir kelompok pemuda memiliki keberanian untuk melakukan penculikan. Padahal, kami menduga bahwa Rikugun (Angkatan Darat Jepang) telah mendalangi itu,” tulis Nishijima, sebagaimana dicuplik dari buku Jejak Intel Jepang.

Setelah perbincangan itu, Wikana membungkuk sedikit. Dia bergerak melintasi Nishijima dan Subardjo lalu menghampiri sekelompok pemuda yang duduk-duduk tak jauh dari situ. 

Wikana tampak berbincang serius dengan dua orang pemuda. Satu di antaranya Jusuf Kunto, mantan Giyugun anggota Boeigun Kyodo yang pada 15 Agustus 1945 malam satu di antara pemuda yang datang ke rumah Soekarno bersama Wikana. 

Pendek kisah, Kunto mengajak Subardjo ke tempat Sukarno dan Hatta disembunyikan. Sebelum itu, Maeda diminta untuk berjanji tidak akan menangkap setiap pemuda yang terlibat dalam penculikan itu. Maeda juga diminta berjanji menjamin keamanan Sukarno dan Hatta. Dan Maeda memenuhi permintaan itu. 

Ketika Subardjo hendak berangkat, Nishijima menawarkan diri ikut bersamanya, tapi Subardjo menolak. Subardjo berangkat ke Rengasdengklok sekitar jam empat sore.

Matahari sudah tenggelam. Hari berangsur gelap. Mobil yang mereka kendarai sempat pecah ban. Beberapa saat selepas berbuka puasa, mereka tiba di Rengasdengklok. 

Di Rengasdengklok Subardjo tidak begitu saja diterima oleh para pemuda, sebab dia dianggap sebagai antek Jepang karena bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Menurut cerita Adam Malik, saat itu Subardjo dan Sudiro, hampir ditahan oleh pemuda.

Sebelum diperkenankan menemui Sukarno dan Hatta, dan kemudian membawa keduanya kembali ke Jakarta, Subardjo berjanji kepada para pemuda bahwa kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan. Paling lambat pukul 12 siang esok hari, Jumat 17 Agustus 1945.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News