Sekali Lagi, Cicak Vs Buaya atau Buaya Vs Buaya?

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Sekali Lagi, Cicak Vs Buaya atau Buaya Vs Buaya?
Wadah Pegawai KPK menggelar aksi penutupan logo KPK di Gedung KPK, Jakarta, Minggu (8/9). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK dengan Polri yang lebih beken dengan istilah Cicak Vs Buaya  sudah terjadi beberapa kali.

Istilah itu kali pertama muncul pada 2009, kemudian sering dirujuk lagi setiap kali muncul persaingan yang sama.

Sekarang ini perseteruan itu muncul lagi setelah Ketua KPK Firli Bahuri terlibat silang sengkarut dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sengkarut itu muncul karena Firli tidak menghendaki lagi dua jenderal Polri yang ditugaskan di KPK. Dua jenderal Polri itu ialah Deputi Penindakan KPK Irjen Karyoto dan Direktur Penyidikan KPK Brigjen Endar Priantoro.

Kapolri mengirim surat kepada KPK untuk memperpanjang penugasan Endar yang berakhir 31 Maret. Alih-alih mengindahkan surat Kapolri, Firli malah memberhentikan dengan hormat Endar dari tugasnya di KPK.

Firli juga mengembalikan Irjen Karyoto ke Polri. Jenderal Listyo Sigit pun mempromosikan alumnus Akpol 1990 itu menjadi Kapolda Metro Jaya.

Pengembalian dua jenderal polisi itu ke institusinya itu diduga buntut ketegangan dan beda pendapat dengan Firli Bahuri dalam penanganan perkara kasus dugaan korupsi Formula E.

Laporan Majalah Tempo menyebut Firli bersama Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menghendaki status kasus Formula E dinaikkan dari penyelidikan ke penyidikan. Akan tetapi, Karyoto dan Endar enggan mengikuti keinginan Firli karena tidak cukup bukti.

Perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK dengan Polri yang lebih beken dengan istilah Cicak Vs Buaya sudah terjadi beberapa kali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News