Sekolah Anak-anak TKI, Gurunya Bergelar Master dan Doktor

Sekolah Anak-anak TKI, Gurunya Bergelar Master dan Doktor
Rombongan Dompet Dhuafa Indonesia saat mengunjungi sekolah rintisan untuk anak-anak TKI di Johor Bahru, Malaysia. Foto: Sholahuddin/Jawa Pos

’’Program wajib belajar itu diperuntukkan seluruh WNI usia sekolah 7–15 tahun, tidak terkecuali anak-anak TKI di Malaysia,’’ ungkapnya.

Selain di Johor, di provinsi lain di Malaysia sudah ada beberapa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Di Sabah, misalnya, saat ini tercatat sebanyak 207 PKBM di wilayah ladang maupun nonladang. PKBM itu melayani 6.605 siswa SD dan 3.066 siswa SMP.

Di Kinabalu juga ada sekolah Indonesia (SD–SMA). Jumlah siswanya 709. Lalu, di wilayah Sarawak ada 13 PKBM dengan 21 guru yang mengajar 625 siswa.

Ari menambahkan, membuka Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Malaysia tidak mudah. Tidak adanya izin tinggal dan belajar bagi anak-anak TKI akan menjadi beban masalah. Padahal, SILN sejatinya didirikan untuk tujuan memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya sedang bertugas atau bekerja di luar negeri sebagai pekerja profesional.

’’Seperti sekolah di Johor ini, sebagian orang tuanya masih dalam cekaman ketakutan bila sewaktu-waktu terkena operasi yustisi. Karena itu, masih bersifat rintisan,’’ kata Ari. (*/c5/c10/ari)

 


KONJEN RI di Johor Bahru berinisiatif mendirikan sekolah rintisan agar anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) punya masa depan. Pasalnya, belum semua


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News