Selebritas Kompak Menyuarakan Tata Krama Bermedia Sosial

“Weapon of mass destruction itu bisa terjadi lewat smartphone atau digital, ini jadi perhatian penting karena telah menjadi bagian hidup kita,” tutur Nicholas.
Dia melanjutkan seiring dengan bergesernya budaya berinteraksi, manusia juga menjadi lebih sering mengoperasikan gawai dalam sehari-harinya. bijak bermedia sosial juga menyangkut bagaimana kita mengoperasikannya.
Yosi Mokalu yang turut menjadi pembicara pada hari kedua sependapat dengan para pembicara di hari yang sama. Menurut Yosi, media sosial juga memiliki do’s and dont’s yang wajib diperhatikan penggunanya.
Jika ingin dihormati, baiknya menghormati orang lain, pun jika tidak ingin mendapatkan komen negatif, harus menghindari melakukan hate speech kepada pengguna lain.
Dahulu, ungkapnya, lingkup komunikasi dan interaksi hanya dari Sabang sampai Merauke, sekarang seperti ada warga negara digital Indonesia.
Sehingga tidak cukup hanya tahu nilai tanpa menerapkan etika. Penerapan etika menjadi sulit karena kita mudah terhubung, tapi tidak mudah menjadi dekat.
"Dekat itu harus ada rasa, tetapi dengan tidak pernah bertemu, kita tidak bisa menyebut kita dekat dengan orang lain,” ujarnya.
Yosi turut menyinggung mengenai fenomena akun ganda yang saat ini marak dimiliki oleh netizen. Beberapa hal yang terjadi adalah akun-akun semacam itu lantang menyuarakan hate speech kepada pengguna lain.
Para selebritas papan atas kompak menyuarakan pentingnya tata krama bermedia sosial
- Polisi Temukan Fakta Mencengangkan saat Geledah Rumah Predator Seksual di Jepara
- Ada Ancaman Pembunuhan terhadap Dedi Mulyadi, Ini Respons Polisi
- Dari Jepara ke Dunia, Natural Wood Sukses Tembus 25 Negara
- Indosat Sukses Jaga Stabilitas Jaringan saat Lonjakan Trafik Data 21% pada Lebaran 2025
- Muncul Gerakan Kontra UU TNI, Nama Presiden Prabowo Disorot Warganet
- Hadirkan Inovasi Digital, Tugu Insurance Sabet 2 Penghargaan Digital Brand Awards