Sembari Menahan Tangis, Ngabalin Merasa Keluarganya Terganggu

Sembari Menahan Tangis, Ngabalin Merasa Keluarganya Terganggu
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin saat tiba di Gedung Bareskrim Polri pada Kamis (7/4). Foto: Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin tak kuasa menahan emosinya ketika melaporkan kasus pencatutan nama ke Bareskrim Polri pada Kamis (7/4).

Ngabalin melaporkan kasus dugaan pencatutan namanya untuk meminta sumbangan Rp 800 juta kepada Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.

Pria kelahiran 25 Desember 1968 itu mengaku namanya, lembaga, dan kop surat KSP dicatut dalam permintaan sumbangan Rp 800 juta.

"Jadi bagaimana, ya, kalau ada orang catut nama saya kemudian di lembaga kepresidenan minta-minta uang. Ini hadiah bulan suci Ramadan," kata Ngabalin di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.

Pria kelahiran Fakfak itu menilai ulah pelaku tersebut merupakan kejahatan yang mencederai harkat dan martabatnya.

"Polisi sebagai salah satu institusi terpercaya di republik ini saya percaya bisa mengambil kerja-kerja yang sangat profesional dan mengungkap apa di balik ini semua," ujar Ngabalin.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaporan itu dilayangkan sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatannya terhadap Kepala KSP Moeldoko.

"Keluarga saya yang terganggu," kata Ngabalin sembari menahan tangis.

Ali Mochtar Ngabalin merasa ini ujian saat Ramadan. Ngabalin tak kuasa menahan emosinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News