Sembari Menahan Tangis, Ngabalin Merasa Keluarganya Terganggu
jpnn.com, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin tak kuasa menahan emosinya ketika melaporkan kasus pencatutan nama ke Bareskrim Polri pada Kamis (7/4).
Ngabalin melaporkan kasus dugaan pencatutan namanya untuk meminta sumbangan Rp 800 juta kepada Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.
Pria kelahiran 25 Desember 1968 itu mengaku namanya, lembaga, dan kop surat KSP dicatut dalam permintaan sumbangan Rp 800 juta.
"Jadi bagaimana, ya, kalau ada orang catut nama saya kemudian di lembaga kepresidenan minta-minta uang. Ini hadiah bulan suci Ramadan," kata Ngabalin di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.
Pria kelahiran Fakfak itu menilai ulah pelaku tersebut merupakan kejahatan yang mencederai harkat dan martabatnya.
"Polisi sebagai salah satu institusi terpercaya di republik ini saya percaya bisa mengambil kerja-kerja yang sangat profesional dan mengungkap apa di balik ini semua," ujar Ngabalin.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaporan itu dilayangkan sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatannya terhadap Kepala KSP Moeldoko.
"Keluarga saya yang terganggu," kata Ngabalin sembari menahan tangis.
Ali Mochtar Ngabalin merasa ini ujian saat Ramadan. Ngabalin tak kuasa menahan emosinya.
- Moeldoko Sebut Insentif Kendaraan Hybrid Menghambat Pertumbuhan Mobil Listrik
- Moeldoko Beber Penyebab Motor Listrik Kurang Diminati Meski Diguyur Insentif
- Moeldoko Targetkan PEVS 2024 Bidik Transaksi Rp 400 Miliar, Ini Masih Rendah
- Prof. Kumba Bantah Melakukan Pencatutan Nama dalam Publikasi Jurnal Internasional
- Warga Sekitar Kebakaran Gudang Peluru Ada Imbauan dari Moeldoko, Ini Demi Kebaikan
- KSP Inisiasi Gerakan Anak Muda Jaga Keberlanjutan Legasi Jokowi