Sempat Dianggap Tukang Pijat, Kini Jadi Tempat Curhat

Sempat Dianggap Tukang Pijat, Kini Jadi Tempat Curhat
Fortunella Levyana Saat ditemui di ruang Fisioterapisnya dengan beberapa alat fisioterapisnya, Minggu (3/3) lalu. Foto: Muhammad Amjad / JAWA POS

Dia harus selalu siaga jika ada pemain yang cedera, baik ringan maupun berat. Karena itu, tak jarang dia harus keluar masuk kamar pemain. "Itu menjadi tugas saya. Saya harus terus menyupervisi pemain," katanya kepada Jawa Pos.

Sebagai perempuan, Nella sempat merasa risi. Sebab, dia harus bekerja di sekitar pemain bola yang seluruhnya lelaki. Karena itu, awal menjalani tugasnya dia sempat merasa aneh. Dia sempat kagok karena menjadi satu-satunya perempuan yang berada di mes dan harus keluar masuk kamar pemain laki-laki.

Satu minggu pertama tugas Nella tak bisa maksimal. Alasannya, dia harus beradaptasi dengan dunia sepak bola dan budaya pemain. Nella tidak bisa langsung menanyakan kondisi pemain. Dia pun tidak langsung masuk ke kamar mereka.

"Pernah ketuk-ketuk pintu, tapi pemain nggak keluar-keluar. Mau masuk takut, tapi harus memeriksa. Saya terpaksa menunggu hampir sejam di luar kamar. Eh, ternyata pemainnya tidak di kamar," ujarnya menceritakan pengalamannya saat awal bekerja.

TAK banyak klub sepak bola di Indonesia yang memiliki fisioterapis. Apalagi, seorang perempuan. Fortunella Levyana menjadi satu-satunya fisioterapis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News