Serbaada di Samarinda

Serbaada di Samarinda
Dahlan Iskan.

Maka lasernya terus ditembakkan. Ratusan cuilan terlepas dari batu. Lama-lama batunya tinggal secuil.

Menembaknya kian sulit. Cuilan terakhir itu lari-lari. Terbawa arus air yang disemprotkan: untuk mendinginkan bagian ginjal di sekitar laser yang sangat panas.

Selesai. Satu jam persis.

Cuilan-cuilan batu itu ukurannya sebutir pasir. Akan keluar bersama air kencing.

Satu jam kemudian istri saya sudah kembali di kamar yang lebih baik dari lantai 10 RS Tianjin tadi.

”Saya ingin lihat batunya,” ujar istri saya. Maka saya serahkan batu yang tidak dihancurkan tadi. Juga satu cuilan batu sebesar pasir hasil tembakan laser.

Istri saya memang sempat berharap dokter Boyke kecele: tidak menemukan batunya. Mengapa? Dua hari sebelumnya istri saya merebus kelapa hijau muda. Lalu meminum airnya.

Keesokan harinya dia rebus lagi kelapa hijau muda. Diminum lagi.

Dua hari sebelumnya istri saya merebus kelapa hijau muda. Lalu meminum airnya. Istri saya memang sempat berharap dokter Boyke kecele: tidak menemukan batunya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News