Serbaada di Samarinda

Serbaada di Samarinda
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Saya video kamar VIP istri saya. Saya kirimkan ke teman saya. Yang di Singapura. Juga yang di Tiongkok. “Benarkah itu rumah sakit di Samarinda?” ujar mereka.

Keduanya pernah ke Samarinda. Hampir sepuluh tahun lalu. Saat Samarinda masih gelap: sering mati lampu.

”Kelihatannya lebih bagus dari kamar Anda di RS Singapura itu,” ujar teman saya yang Singapura. Dalam bahasa Inggris.

”Hahaha…lebih bagus dari kamar Anda di lantai 10 RS Tianjin …” komentar teman Tiongkok saya. Dalam bahasa Mandarin.

”Padahal tarifnya hanya 25 persennya,” jawab saya. Dengan kepala membesar.

Maka tidak menyesal saya membatalkan ini: membawa istri ke Singapura. Meski sudah terlanjur bikin janji dengan dokter di sana.

Tentu dunia kedokteran tidak boleh hanya adu penampilan fisiknya. Kualitas layanannya ikut menentukan. Juga peralatannya. Dan yang utama kualitas medikalnya.

Saya tentu tidak ingin memperjudikan istri saya. Sekadar untuk kebanggaan kampung halaman.

Dua hari sebelumnya istri saya merebus kelapa hijau muda. Lalu meminum airnya. Istri saya memang sempat berharap dokter Boyke kecele: tidak menemukan batunya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News