Sering Dapat Teror, ke Mana-Mana Pakai Rompi Antipeluru
Kamis, 07 Februari 2013 – 08:44 WIB
Ia menarik napas dan memilih menahannya. Kemudian, ia tenggelam. "Saya tahu dia bunuh diri. Dari situ saya baru tahu ia mengalami stres setiap hari," kenangnya.
Kematian Kathy, si lumba-lumba nahas, menjadi titik balik dalam kehidupan Ric. Sejak saat itu Ric memantapkan diri mendedikasikan hidupnya untuk penyelamatan lumba-lumba.
Sampai akhirnya dia memutuskan membikin film dokumenter berjudul The Cove yang mengisahkan perburuan dan pembantaian lumba-lumba terbesar yang terjadi di Teluk Taiji, Jepang. Disutradarai Louie Psihoyos, film tersebut sukses secara kritik dan berhasil meraih penghargaan Oscar 2009 untuk kategori film dokumentasi terbaik.
Pada usianya yang sudah kepala tujuh, Ric masih akan terus berjuang menyelamatkan lumba-lumba. Menurut dia, meski pembantaian di Taiji cukup kejam, tidak ada teror seusai film The Cove diputar di luas di seluruh dunia. Namun, di Indonesia teror terus-menerus dialami para aktivis penyelamat lumba-lumba, termasuk dirinya. Karena itu, Ric berharap agar Menhut Zulkifli Hasan menepati janjinya untuk menindak para pemilik sirkus lumba-lumba keliling.
HAMPIR separo hidupnya didedikasikan untuk menyelamatkan ikan lumba-lumba agar bisa hidup bebas di laut lepas. Selama itu pula, Ric O Barry kenyang
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor