Setiap Bulan Pengemis Kirim Rp 2 Juta ke Kampung

Setiap Bulan Pengemis Kirim Rp 2 Juta ke Kampung
Pengemis. Ilustrasi Foto: RC/dok.JPNN.com

Sebuah rumah kontrakan berlantai ubin dan triplek ia bangun sendiri berbidang 10x5 di atas lahan RS Sitanala. Meski dirinya sendiri gelisah karena bisa diusir kapan saja pemiliknya mau.

Sesampai di rumah, luka di ujung jarinya mulai diobati. Matanya sesaat tertutup, merasakan perihnya cairan antibiotic Rivanol meresap ke daging tubuh renta tersebut. 

Karmini (50) adik kandung yang merawatnya sejak 1986, dengan sabar mengusap bagian yang luka.  ”Selain dikasih obat luka, saya juga harus minum Amoxcylin atau obat paracetamol,” katanya. 

Tanpa basa-basi, Sukali mulai merogoh isi kantungnya. Ia menghitung uang yang dia dapatkan hasil dari mengemis yang dia dapatkan hari ini. Hari itu ia mendapatkan uang sebanyak Rp 300 ribu.  

Itu merupakan penghasilan rata-rata para pengemis Sitanala pada umumnya. ”Tapi uang itu belum termasuk saya harus ngirim ke Indramayu, sebulan bisa Rp 2 juta, lalu kontrakan, pulsa dan hidup saya sehari-hari sama upah ojek juga,” terangnya.

Ya, ojek yang disewanya harus dibayar Rp 25 ribu pulang pergi. Itu belum termasuk uang rokok sang sopir. Hape Nokia miliknya adalah alat komunikasi satu-satunya untuk menghubungi ojek langganan. Mulai ba’da Subuh, sang pengojek telah menjemput bapak dua anak ini.  

Sukali menyadari jika pekerjaannya jadi aib. Tapi ia mengaku keterbatasan fisiknya membuat ia harus tahan bersusah payah meminta belas kasihan orang.

Sejak tahun 2000, ia sudah menjadi pengemis. Hatinya belum bisa menerima jika penyakit lepranya yang ia idap sejak tahun 1986 ini membuat hidupnya luluh lantak. Mulai dari sang istri yang menceraikannya hingga dua anaknya ditampung di rumah sanak saudara.

PARA eks penderita kusta yang dirawat di RS Kusta Sitanala, Kota Tangerang, kini banyak yang menjadi pengemis. Pekerjaan ini menjadi sumber

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News