Shireen

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Shireen
Keluarga dan rekan membawa jenazah jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas dalam serangan Israel di Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, saat pemakamanannya di Yerusalem, Jumat (13/5/2022). (ANTARA/Reuters/Ammar Awad/rwa)

Berbagai boikot dilakukan. Pemerintah Aljazair mencekal koresponden Al Jazeera dan tidak mengizinkan melaporkan berita dari Aljazair. Bahrain melarang personel stasiun itu beroperasi dari sana pada 2002 dan 2004. Pada 2001, rudal AS menghancurkan kantor Al Jazeera di Kabul

Pada Maret 2008, pemerintah Israel memberlakukan boikot terhadap wartawan Al Jazeera yang bekerja di Israel. Otoritas Israel menuduh Al Jazeera dengan menunjukkan bias dalam laporannya tentang bentrokan Israel dengan Hamas di Gaza.

Al Jazeera tak pelak dianggap anti-Amerika dan juga anti-Israel. Banyak sekali liputan Al Jazeera yang menelanjangi kekerasan Amerika di Timur Tengah dan kekerasan Israel di Palestina yang luput dari pemberitaan media lain.

Membunuh Shireen adalah jalan pintas untuk membungkan kebenaran yang dihasilkan oleh media. Akan tetapi, membunuh Shireen tidak akan menghentikan kebenaran. Bangsa Palestina tidak pernah mundur dalam perjuangan menuntut hak untuk mendapat pengakuan di tanah airnya sendiri. Setiap satu orang tumbang akan lahir seribu orang lainnya. Shireen-Shireen baru juga akan terus lahir dan bermunculan. (*)

Keberanian Shireen melakukan liputan live terhadap serangan Israel membuat mata dunia terbuka akan kekejaman tentara Israel terhadap warga sipil Palestina.


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News