Si Pelempar Sepatu Terancam Bui 2 Tahun
Pengacara Saddam Siap Bela
Rabu, 17 Desember 2008 – 09:14 WIB
Sejak Iraq dicabik perang pada 2003, kebencian Muntadar kepada AS sebagai negara penggagas perang memuncak. ”Dia selalu prihatin dan kecewa terhadap masyarakat Iraq yang dijajah Amerika secara fisik dan Iran secara moral,” ungkap laki-laki 32 tahun tersebut. Penderitaan dan kemiskinan yang menjadi santapan sehari-hari rakyat Iraq itu memantik amarah Muntadar hingga berani melempar Bush dengan sepatu.
”Tidak jarang dia menangis saat meliput keluarga miskin Iraq. Dia juga sering menghimpun dana dari para kolega untuk diberikan kepada keluarga tersebut,” jelas Durgham. Terutama, setelah dia meliput keluarga Iraq di Kota Sadr yang selama ini selalu menjadi medan pertempuran pasukan koalisi dan pengikut ulama radikal Moqtada al-Sadr yang sangat anti-AS.
Rencananya, keluarga menyewa pengacara Mesir guna membela Muntadar. Terpisah, mantan pengacara mendiang Saddam Hussein, Khalil al-Dulaimi, menyatakan bersedia membela Muntadar. ”Pembelaan kami akan didasarkan pada fakta penjajahan AS terhadap bumi Iraq. Karena itu, segala bentuk perlawanan dilegalkan, termasuk melempar sepatu,” tegasnya kepada The Hindustan Times.
Atas aksi nekatnya, Muntadar menghadapi tuduhan penghinaan kepala negara dan pemimpin negara tamu. Atas kesalahan ini, Muntadar menghadapi ancaman penjara dua tahun. Jika tindakannya ada unsur membahayakan keselamatan presiden maka ancaman itu bisa meningkat sampai 15 tahun.
BAGHDAD – Bagi yang berangan-angan meniru ulah wartawan Iraq, Muntadar al-Zaidi, melempar sepatu ke presiden AS sebaiknya berpikir dua
BERITA TERKAIT
- Korut: Amerika dan Pengikutnya Akan Mengalami Kekalahan Menyedihkan
- Soroti Kemiskinan di Negara Islam, Indonesia Desak OKI Ambil Tindakan
- Dubes Palestina di PBB: Sudah Tak Ada Gunanya Datang ke Sini
- Proyek IKN Mulai Dilirik Pemerintah dan Investor Belanda
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Rudal Rusia Sambar Tower Televisi di Kharkiv, Ukraina