Siap Mati untuk Perang, tapi Jangan Sampai Kita Mati Sia-Sia

Siap Mati untuk Perang, tapi Jangan Sampai Kita Mati Sia-Sia
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi menyerahkan tali asih kepada keluarga pejuang dalam pertempuran laut Aru pada 15 Januari 1962. Upacara ini berlangsung di KRI Surabaya. Foto: Dispen Koarmatim

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi bertindak sebagai Inspektur upacara memimpin upacara pelarungan dan tabur bunga di laut guna mengenang hari bersejarah pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962.

Pada acara peringatan ini, Kolonel Laut (P) Sandharianto yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan KRI Ahmad Yani-351 bertindak sebagai Komandan Upacara (Danup).

Usai pelaksanaan upacara Tabur Bunga, Kasal menyerahkan tali asih kepada pelaku sejarah pertempuran di laut Aru. Kemudian dilanjutkan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba fotografi kategori umum dan militer dalam rangka Hari Dharma Samudera 2018.

Pada kesempatan itu, diadakan penayangan film kegiatan pembangunan Gedung sebelum meresmikan Komplek TNI AL "Tonny Soekaton", Gedung Balai Prajurit Lantamal V "Achmad Ichsan", Mess Perwira TNI AL "Keris", dan Lapangan Panahan Lantamal V "Sagitarius".

Kemudian dilanjutkan penandatanganan prasasti, serta pemberian tali asih kepada pelaku sejarah/ahli waris pertempuran Laut Aru dan Ahli Waris penamaan kompleks, gedung dan lapangan olahraga memanah. Penyerahan tali asih itu langsung diberikan oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi.

Saat jumpa pers dengan rekan media, orang nomor satu di TNI Angkatan Laut, Laksamana Ade Supandi sempat menyinggung bahwa menghadapi perang yang akan datang, kapal perang TNI AL harus maju dan mempunyai kemampuan berbagai dimensi peperangan. Di antaranya peperangan atas air, bawah air, peperangan anti-udara, peperangan anti-permukaan, peperangan ranjau maupun peperangan pernika.

“Kepada para penerus agar tetap meningkatkan profesionalitas prajurit tentunya sepadan dengan teknologi,” kata Ade.

Alat utama sistem persenjataan (Alutsista) KRI, lanjut Ade, adalah sistem senjata dasar TNI AL. Tidak ada kapal perang tidak ada Angkatan Laut. Oleh sebab itu, dia berharap Minimum Essential Force (MEF) sesuai rencana harus dapat terpenuhi. Sebab situasi mendatang perang yang bersifat proxy tidak dalam konteks perencanaan yang panjang dalam perencanaan yang singkat.

Ingat, sejarah mencatat para pejuang kita adalah mereka yang tidak takut mati. Para pejuang saat itu rela mempertaruhkan jiwa dan raganya demi NKRI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News