Siapa Membunuh Putri (10)

Beradu Headline, Oleh: Hasan Aspahani

Siapa Membunuh Putri (10)
Kolom Disway - Dahlan Iskan memuat tulisan Hasan Aspahani edisi Siapa Membunuh Putri. Foto/dok: Disway

jpnn.com - FERDY Tahitu Namanya. Ia muncul di depan pintu rumah kontrakanku pada saat yang tepat.

Kami sedang menyiapkan Dinamika Kota, dengan sangat buru-buru. Semua dilengkapi dengan lekas. Kantor dengan segala perlengkapan, kendaraan operasional, anak-anak pemasaran dan iklan, desainer, dan terutama wartawan.

Saya percaya apa yang diyakini oleh bos-bos kami, bahwa koran itu jadi kalau ada tiga orang wartawan, bukan orang iklan atau agen, berkumpul dan bekerja bersama.

Intinya di jurnalismenya. Mulainya dari situ, tapi bagian lain bukannya tak penting. Aspek bisnis harus beres juga untuk menjaga idealisme jurnalisme itu.

Saya akhirnya mengambil tawaran rumah kredit dari developer yang diperkenalkan Bang Ameng. Perumahan baru di Kawasan Petimban. Lokasinya di antara Sekumpang dan Tanjung Kawin. Tak terlalu jauh dari pusat kota, dari kantor.

Ada jarak yang terasa, memberi arti bagi kata pulang. Pulang kerja, ya ke rumah. Rumah adalah sesuatu yang berjarak dari kantor.

Sementara rumah 27/60 yang saya ambil dengan kredit 15 tahun itu dibangun, dan saya mencicil DP-nya, saya mengontrak di blok lain yang sudah ramai. Saya menolak kredit keras tanpa DP yang ditawarkan Bang Ameng.

Paling-paling dia juga yang bayarin uang mukanya, berutang jasa lagi saya sama dia. Tak nyaman rasanya. Ke rumah kontrakan sementara itulah, Ferdy mendatangi.

Kalau istri AKBP saja bisa hilang, dibunuh, gimana nasib puluhan ribu pekerja perempuan itu, Bang. Berapa Sandra lagi harus mati. Edisi siapa membunuh putri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News