Sikap PBNU Dinilai Bermuatan Politis
“Sama sekali Muhammadiyah tidak ada kepentingan,” tegas dia saat konferensi pers di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jalan Menteng Raya kemarin (9/8).
Menurut dia, Mendikbud mengeluarkan peraturan itu dalam rangka menjabarkan Nawa Cita yang menjadi program pemerintah, terutama dalam pembentukan karakter bangsa, sehingga tidak ada maksud untuk mendiskreditkan atau merugikan pihak tertentu.
Sebagai komponen bangsa, tutur dia, Muhammadiyah akan selalu mendukung setiap kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sebaliknya, salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia itu akan memberi kritik konstruktif terhadap kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat luas.
Izzul berharap, polemik sekolah lima hari itu bisa diselesaikan dengan cara tabayyun dan mencari titik temu.
“Jangan dijadikan sebagai alat untuk mempertajam perbedaan dan konflik di tengah masyarakat tanpa berusaha mencari solusi yang terbaik,” terang dia.
Ia menilai, penolakan terhadap kebijakan itu dengan asalan akan mematikan madrasah diniyah sangatlah berlebihan. Sebab, sampai sekarang madrasah diniyah tetap eksis.
Dia juga mengimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk menyikapi persoalan itu dengan kepala dingin dan tidak mudah terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Masalah tersebut harus dihadapi dengan sikap dewasa.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) semakin kencang menolak kebijakan sekolah lima hari.
- Rosan Roeslani, Sufmi Dasco, Hingga Wiranto Jadi Dewan Penasihat GP Ansor 2024-2029
- Kembali Memanas, Wasekjen PBNU Sesalkan PKB yang Alergi Regenerasi Pimpinan
- Menunggu Putusan MK, PBNU: Jangan Larut dalam Kebencian, Harus Move On
- Menurut Ketua PBNU, Sejarah Pemilu Berulang, Soeharto Pakai TNI, Jokowi Gunakan Polri
- Peningkatan Perubahan Iklim, UNUSIA Gelar Kajian Mengenai Fikih Lingkungan
- PBNU Ucapkan Selamat untuk Prabowo-Gibran