Singgih Kartono Gerakkan Desa lewat Desain Sepeda Bambu

Yakin Bisa Ikuti Wooden Radio yang Mendunia

Singgih Kartono Gerakkan Desa lewat Desain Sepeda Bambu
Singgih Kartono memamerkan sepeda bambu kreasinya di Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah. Foto: Dian Wahyudi/Jawa Pos

Kepedulian Singgih terhadap perlunya revitalisasi desa tumbuh sejak akhir masa kuliah. Ketika itu, 1990-an, isu pemberdayaan masyarakat akar rumput begitu kuat berembus di kampusnya. Lewat forum-forum diskusi kecil, ditunjang sejumlah referensi buku yang sempat dibacanya, bapak dua anak tersebut termasuk yang merasakan ada yang salah dengan perkembangan desa.   

Ketika pulang ke desanya di Temanggung, di sela-sela kuliah, Singgih melihat perubahan yang sangat cepat terjadi. Salah satunya soal pola hidup yang mulai konsumtif, yang merupakan pengaruh masyarakat kota. ”Komunitas desa yang secara genetis mandiri menjadi semakin tergantung dengan luar,” bebernya. 

Meski demikian, saat itu Singgih belum tahu apa yang harus dilakukan. ”Yang pasti, saat itu saya sudah mulai nggak suka suasana kota. Saya nggak suka yang ramai, bising, dan panas. Karena itu, saya pun berniat pulang kampung,” kenang pria kelahiran 21 April 1968 tersebut. 

Namun, langkah Singgih pulang ke desa molor dari rencana. Selepas lulus kuliah pada 1992, dia sempat bekerja di perusahaan milik dosen dan sponsornya saat tugas akhir, Surya Pernawa.

Dia tertarik bergabung dengan perusahaan yang bergerak di industri kerajinan itu karena konsep dan semangat yang diusung sang dosen. Yakni merekrut orang yang sama sekali tidak bisa menjadi bisa menghasilkan produk dengan standar kualitas tinggi. Hebatnya, produk itu laku dijual di Museum of Modern Art, Amerika Serikat. ”Sayang, perusahaan tersebut akhirnya kolaps, sekitar 1994,” ucapnya. 

Saat itulah Singgih menawarkan kepada sang dosen untuk membawa usaha tersebut ke Temanggung. Pertimbangannya, di kampung halamannya itu biaya produksi akan bisa lebih murah. ”Ini modus saya agar bisa cepat pulang kampung,” kisahnya. 

Apes, perusahaan yang dimotorinya bersama rekan sesama alumnus Desain Produk ITB tersebut juga kandas. Pada 2004 Singgih mulai merintis usaha baru membuat radio kayu yang diberi label Magno Wooden Radio. 

Tanpa diduga, radio kayu itu tumbuh menjadi produk desainer Indonesia yang mendunia. Radio kayu tersebut sampai ditetapkan sebagai salah satu produk termewah 2008 versi majalah Time. Berbagai penghargaan bergengsi di dunia desain juga diterima Singgih, di antaranya Good Design Award 2008 dari Jepang dan Brit Insurance Design of the Year 2009 dari salah satu museum ternama di Inggris.

Sukses dengan wooden radio (radio kayu), Singgih Kartono kembali melahirkan karya inovatif berbahan bambu: sepeda bambu. Dengan sepeda itu, pria

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News